Berita Ekonomi Internasional

Perang Iran Israel Mengerek Naik Harga Minyak Mentah Dunia

  • June 18, 2025
  • 3 min read
Perang Iran Israel Mengerek Naik Harga Minyak Mentah Dunia

Per Rabu (18 Juni 2025) pagi, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) di Amerika Serikat naik 4,28%, ditutup pada US$ 74,84 per barrel, sementara minyak acuan dunia Brent menguat 4,4% menjadi US$ 76,45 per barrel. Kenaikan ini menandai lonjakan signifikan sejak awal Juni, dengan Brent mencatatkan kenaikan sekitar 16% sepanjang bulan ini

Lonjakan harga minyak dipicu oleh eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya ketegangan terkini antara Iran dan Israel. Kekhawatiran meningkatnya risiko gangguan pasokan global mendapat pijakan setelah terjadinya pertukaran serangan udara antara kedua negara tersebut .

Fokus pasar kemudian tertuju pada Selat Hormuz, jalur laut strategis yang menghubungkan Teluk Persia dan Teluk Oman. Sekitar 20 juta barel minyak dan gas mengalir melalui perairan ini setiap harinya, mewakili hampir seperlima dari total pasokan energi dunia . Kekhawatiran atas potensi penutupan jalur ini memicu lonjakan harga dan premi risiko di pasar komoditas.

Meskipun begitu, sampai saat ini belum terjadi penutupan resmi jalur Hormuz. Data lalu lintas kapal menunjukkan sedikit penurunan dari 116 kapal menjadi 111 pada 15 Juni, namun distribusi logistik masih berjalan normal. Bloomberg dan Reuters melaporkan bahwa gangguan masih lebih ke aspek gangguan navigasi elektronik, bukan penghentian pengapalan secara drastis .

Selain ketegangan militer, ada laporan bahwa Iran sempat menekan produksi gas di lapangan South Pars setelah serangan Israel menimbulkan kebakaran di kompleks tersebut menambah tekanan terhadap pasokan energi regional dan global.

Analis pasar seperti Phil Flynn dari Price Futures Group menyebutkan bahwa investor menetapkan “premi risiko keamanan” terhadap minyak, yang menambah beberapa dolar ekstra ke per barel di atas harga normal.

Ole Hansen dari Saxo Bank menyebut risiko penutupan Hormuz “sangat rendah”, namun tetap menjadi katalis utama penguatan harga.

Dampak kenaikan harga minyak sudah mulai terlihat di pasar keuangan. Reuters melaporkan bahwa mata uang rupee India melemah, sedangkan arus modal keluar meningkat karena investor khawatir terhadap beban impor energi yang membengkak . Sementara itu, permintaan terhadap aset safe-haven seperti obligasi AS dan dolar meningkat tajam.

Sayangnya, meskipun kenaikan harga terlihat signifikan, belum ada indikasi media fisik terhadap pasokanseperti tanker kosong atau cadangan mendadak menipis . Pasokan global masih dianggap mencukupi karena produsen seperti Saudi Arabia dan UAE masih memiliki kapasitas cadangan untuk menstabilkan pasar jika diperlukan.

Bank seperti Goldman Sachs dan Citi menilai bahwa meski risiko geopolitik meningkat, gangguan lanjutan terhadap energi global masih kecil kecuali terjadi penutupan Hormuz. Namun, jika skenario terburuk terjadi, harga bisa melonjak di atas US$ 100–130 per barrel.

JP Morgan memperkirakan bahwa rata-rata harga Brent tahun ini masih akan di kisaran rendah hingga pertengahan US$ 60, tapi menambahkan bahwa eskalasi geopolitik bisa menambah tekanan jika konflik semakin meluas .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *