Jumlah petugas gabungan yang dikerahkan untuk mencari korban longsor di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 1.200 orang. Penambahan ini dilakukan untuk mengoptimalkan pencarian korban dan membuka akses jalan yang tertutup akibat longsor.
Komandan Kodim 07/10 Pekalongan, Letnan Kolonel (Infanteri) Rizky Aditya, menyampaikan bahwa pada Kamis (23/1/2025), tim berhasil menemukan satu jenazah. Hingga malam hari, total 22 korban tewas telah dievakuasi, sementara empat orang masih dalam pencarian. Sebelumnya, dua orang yang dilaporkan hilang ditemukan selamat setelah pulang ke rumah kerabat mereka. Sebanyak 13 korban luka-luka juga telah mendapatkan perawatan di rumah sakit dan puskesmas.
Pencarian pada Kamis difokuskan di tiga lokasi, yaitu rumah Sekretaris Desa Kasimpar, Sularso; Kafe Allo Empire; dan aliran Sungai Welo. Lokasi tersebut menjadi tempat berteduh sejumlah orang saat longsor terjadi pada Senin (20/1). Rizky menambahkan bahwa rumah Sularso dan Kafe Allo Empire masing-masing menjadi lokasi di mana banyak korban kemungkinan tertimbun.
Tim gabungan juga memperpanjang area pencarian di Sungai Welo hingga lebih dari 5 kilometer, mengingat jenazah yang ditemukan terakhir kali berada di sungai tersebut. Selain mencari korban, sebagian tim juga bertugas membuka akses jalan agar kendaraan pengangkut alat berat dapat mencapai lokasi longsor.
Kendala utama pencarian adalah cuaca. Pada Rabu (22/1), pencarian dihentikan lebih awal karena lokasi tertutup kabut tebal. Selain itu, belum adanya alat berat di lokasi membuat pencarian dilakukan secara manual menggunakan cangkul, karena jalan menuju lokasi masih terputus akibat longsor.
Sukardi, warga Desa Kasimpar, berharap cucunya yang menjadi korban longsor segera ditemukan. Ia menceritakan bahwa sebelum longsor, menantunya, Khusnul Kholifah, sempat memberi tahu lewat telepon bahwa ada 20 orang berteduh di rumahnya karena hujan deras. Tak lama setelah itu, rumah mereka terkena longsor.
Kepala BNPB, Suharyanto, memastikan pencarian akan dilakukan hingga semua korban ditemukan, meskipun durasi pencarian telah melewati standar 7×24 jam. Untuk mendukung pencarian, teknologi modifikasi cuaca (TMC) mulai diterapkan pada Kamis untuk mencegah hujan ekstrem di area tersebut.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menyarankan agar pencarian korban dilakukan dengan memperhatikan waktu yang tepat. Ia juga merekomendasikan pemasangan rambu rawan longsor di lokasi berisiko serta penguatan lereng untuk mencegah longsor susulan.
Rekomendasi lainnya mencakup penguatan lereng dengan fondasi yang menembus batuan dasar dan penurunan geometri lereng untuk mengurangi pergerakan material. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi risiko longsor di masa mendatang dan mendukung pencarian korban yang lebih aman.
Pemerintah, bersama tim gabungan, terus berupaya semaksimal mungkin untuk menemukan korban yang masih hilang, memastikan keselamatan tim pencari, dan meminimalkan potensi bencana susulan di lokasi terdampak.