Skincare Lokal vs Impor: Apakah Sudah Selevel?

JAKARTA – Selama bertahun-tahun, produk skincare dan makeup impor sering dianggap unggul oleh masyarakat Indonesia dibandingkan produk lokal.
Namun, Lembaga Survei KedaiKOPI melalui surveinya menemukan masyarakat sudah perlahan beralih ke produk skincare lokal.
Survei yang dilakukan pada Agustus 2024 dengan melibatkan 2090 responden dari 12 kota besar di Indonesia, menunjukkan bahwa sebanyak 76% responden lebih memilih produk lokal ketimbang impor, sementara 68,8% percaya kualitas produk lokal sudah setara dengan merek luar negeri.
Ada pun pengambilan sampel pada survei ini dilakukan menggunakan metode Computer-Assisted Self Interview (CASI), di mana responden menjawab pertanyaan secara mandiri melalui perangkat digital untuk meminimalkan bias wawancara.
Dengan komposisi responden 55% perempuan dan 45% laki-laki berusia 18-40 tahun, data ini mencerminkan persepsi konsumen urban terhadap industri kecantikan lokal yang kian berkembang.
Lantas, apa yang mendorong pergeseran ini?
Harga Lebih Terjangkau hingga Sertifikasi Halal MUI
Jika merujuk pada hasil survei KedaiKOPI, ada beberapa alasan mengapa pada akhirnya masyarakat bergeser untuk memakai skincare lokal.
- Kualitas Produk yang Kompetitif
Merek lokal untuk makeup dan skincare berhasil memikat konsumen dengan formula yang dirancang khusus untuk kulit masyarakat Indonesia di iklim tropis.
Sebagai contoh, ada produk yang menonjol dengan label halal, sementara yang lain menghadirkan inovasi seperti serum berbahan aktif yang mampu menyaingi kualitas merek internasional.
Banyak produk lokal kini diperkuat oleh riset dan pengujian dermatologi, sehingga mampu bersaing dengan merek impor dari segi performa.
- Harga yang Lebih Terjangkau
Hasil survei KedaiKOPI menunjukkan bahwa 70% responden memilih skincare lokal karena harganya lebih kompetitif, dengan kualitas yang dianggap setara atau bahkan lebih baik dari produk impor di segmen yang sama.
Sebagai contoh, lipstik Implora dibanderol di bawah Rp50.000, jauh lebih murah dibandingkan merek impor serupa.
- Sentimen Nasionalisme
Kampanye seperti “Bangga Buatan Indonesia” yang digaungkan pemerintah turut memengaruhi pilihan konsumen.
Sebanyak 41,5% responden dalam survei menyatakan mereka memilih skincare lokal karena ingin mendukung industri dalam negeri.
Sentimen ini diperkuat oleh kesadaran akan kontribusi ekonomi lokal.
- Peran Influencer dan Media Sosial
Di era digital, media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Shopee Live menjadi kanal utama pemasaran produk lokal.
Banyak merek menggandeng influencer dan beauty vlogger lokal untuk memperluas jangkauan. Strategi ini efektif menarik perhatian generasi muda yang aktif di platform digital.
- Keberagaman Produk untuk Kulit Tropis
Produk lokal sering memanfaatkan bahan alami seperti aloe vera atau ekstrak bengkoang yang sesuai dengan kondisi kulit dan iklim Indonesia.
Formulasi ini memberikan kenyamanan lebih dibandingkan produk impor yang kadang dirancang untuk iklim berbeda.
- Dukungan Pemerintah
Regulasi seperti sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) meningkatkan kepercayaan konsumen.
Pemerintah juga memberikan insentif pajak dan pelatihan bagi pelaku industri kecantikan lokal untuk mendorong inovasi dan daya saing.
Tantangan Produk Lokal
Meski menunjukkan kemajuan, produk lokal masih menghadapi beberapa hambatan. Distribusi di luar kota besar sering kali terbatas, dan persepsi bahwa merek impor lebih prestisius masih melekat di kalangan tertentu.
Selain itu, dalam hal teknologi mutakhir seperti perawatan anti-aging berbasis AI atau dermatologi canggih, produk impor masih unggul. Brand lokal perlu terus berinvestasi dalam riset dan ekspansi pasar agar bisa mengejar ketertinggalan ini.
Kesimpulan: Produk Lokal di Jalur yang Tepat
Hasil survei Lembaga Survei KedaiKOPI mengindikasikan bahwa produk kecantikan lokal kini mampu bersaing dengan merek impor dalam hal kualitas, harga, dan daya tarik konsumen.
Dukungan dari pemerintah dan perubahan persepsi masyarakat menjadi katalis penting dalam perkembangan ini.
Namun, untuk mendominasi pasar, termasuk di kancah global, brand lokal harus terus berinovasi, memperluas jangkauan, dan mengatasi stigma kualitas yang masih tersisa.
Dengan kata lain, produk lokal sudah berada di jalur yang tepat, tetapi perjalanan menuju supremasi pasar masih membutuhkan langkah strategis lebih lanjut.
(Penulis: Fabiola Puspa, Researcher Lembaga Survei KedaiKOPI)