JAKARTA – Analis komunikasi politik Hendri Satrio menilai bahwa isu Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa berpotensi mencalonkan diri sebagai wakil presiden atau presiden masih terlalu dini untuk dianggap serius, meskipun namanya semakin mencuri perhatian publik.
Ia menekankan bahwa kualitas dan kepopuleran seseorang tidak serta merta dapat dikaitkan dengan kesuksesan dalam kompetisi calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres).
Menurutnya, terdapat banyak variabel lain yang harus dipenuhi di luar kedua faktor tersebut.
“Pak Purbaya memang punya kualitas, dia ngetop di kelas menengah, tapi untuk terpilih dalam sebuah kompetisi Pencapresan sebagai cawapres misalnya, itu nggak segampang itu,” ujar Hendri, dikutip dari kanal YouTube Hendri Satrio Official.
“Jadi variabelnya banyak,” tambahnya.
Hensa lantas menyoroti salah satu variabel krusial, yaitu keberadaan ‘sponsor’ atau dukungan dari sosok berpengaruh di belakang layar.
“Variabelnya tidak hanya disukai tapi juga logistiknya kuat tidak. Ada tidak sponsor yang ngebackingin? Kan gitu.,” sebutnya.
Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI ini kemudian membandingkan Purbaya dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Hensa menilai Gibran memiliki posisi yang jauh lebih kuat berkat dukungan ayahnya dalam arena politik.
“Kalau Mas Gibran sudah terbukti banyak, sudah terbukti ada kan bapaknya Presiden, dia juga sekarang wapres, pasti logistik tidak kekurangan. Nah, Pak Purbaya ready tidak dengan itu? Jadi tidak hanya tentang popularitas ketokohan saja,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa elektabilitas tinggi bukanlah jaminan kemenangan dalam pemilu.
“Kita belajar aja waktu 2024 aja yang elektabilitasnya lebih tinggi dari Gibran kan ada, banyak. Tapi tidak dipilih jadi Cawapres kan,” ujarnya.
“Makanya yang Pak Purbaya punya selain disukai saat ini apa? Dan Ingat perjalanan masih jauh, kantong rakyat belum tebal nih sampai sekarang. Kita tunggu juga gerakannya Pak Purbaya bagaimana,” sambungnya.
Hensa pun menyatakan bahwa hingga kini, ia masih memfavoritkan Gibran untuk maju pada Pemilu 2029.
“Sampai hari ini saya masih menjagokan Gibran yang maju di 2029. Entah itu maju sendiri atau tetap bersama Pak Prabowo dibandingkan Purbaya,” tegasnya.