Berita Ekonomi Internasional Politik

Trump Kenakan Tarif Impor 32% ke Barang Asal Indonesia

  • April 6, 2025
  • 2 min read
Trump Kenakan Tarif Impor 32% ke Barang Asal Indonesia

Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru yang berdampak signifikan pada sejumlah negara, termasuk Indonesia. Dalam pengumuman tersebut, produk impor dari Indonesia akan dikenakan tarif sebesar 32%, sementara beberapa negara tetangga seperti Singapura hanya dikenakan tarif 10%. ​

Tarif yang dikenakan kepada negara-negara Asia Tenggara bervariasi, dengan Kamboja menghadapi tarif tertinggi sebesar 49%, diikuti oleh Laos 48%, Vietnam 46%, Myanmar 45%, Thailand 37%, dan Indonesia 32%. Sementara itu, Malaysia dan Brunei dikenakan tarif 24%, Filipina 18%, dan Singapura 10%. ​

Kebijakan tarif ini merupakan bagian dari upaya pemerintahan Trump untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dan mengurangi defisit dengan negara-negara yang memiliki surplus perdagangan terhadap AS. Indonesia, yang mencatat surplus perdagangan sebesar US$16,8 miliar dengan AS pada tahun 2024, menjadi salah satu target utama kebijakan ini. ​

Menanggapi kebijakan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa Indonesia tidak akan melakukan tindakan balasan, melainkan memilih jalur diplomasi dan negosiasi untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan. Pemerintah Indonesia juga berencana mengirim delegasi tingkat tinggi ke AS untuk pembicaraan langsung. ​

Sektor-sektor yang diperkirakan terdampak signifikan meliputi elektronik, pakaian jadi, dan alas kaki, yang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia ke AS. Pemerintah berkomitmen untuk mendukung industri-industri tersebut dalam menghadapi tantangan ini. ​

Selain itu, pemerintah Indonesia berencana untuk meningkatkan perdagangan dengan negara-negara Eropa sebagai alternatif pasar ekspor, guna mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan Tiongkok. ​

Kebijakan tarif AS ini juga menimbulkan reaksi dari negara-negara lain di Asia Tenggara. Beberapa negara menyatakan kekecewaan dan mempertimbangkan langkah-langkah balasan, sementara yang lain memilih pendekatan diplomatik untuk meredakan ketegangan. ​

Para analis memperingatkan bahwa eskalasi perang dagang dapat mengganggu rantai pasokan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Mereka menekankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor dan penguatan kerja sama regional untuk menghadapi tantangan ini. ​

Di sisi lain, beberapa pengamat menilai bahwa kebijakan tarif AS ini juga ditujukan untuk menekan dominasi ekonomi Tiongkok di kawasan, mengingat banyak perusahaan Tiongkok yang memindahkan produksinya ke negara-negara Asia Tenggara untuk menghindari tarif sebelumnya. ​

Situasi ini menuntut pemerintah Indonesia dan negara-negara terdampak lainnya untuk merumuskan strategi yang tepat dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik dan mempertahankan daya saing di pasar internasional.​

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *