JAKARTA – Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei KedaiKOPI mengungkapkan bahwa tabungan atau deposito serta emas dan logam mulia menjadi jenis investasi paling diminati oleh kelas menengah masyarakat. Temuan ini berasal dari survei perilaku masyarakat kelas menengah yang digelar pada 14-19 Oktober 2025.
Peneliti senior Lembaga Survei KedaiKOPI Ashma Nur Afifah menyatakan bahwa 61,4 persen responden memilih tabungan atau deposito sebagai sarana investasi. Selanjutnya, 50,9 persen responden memilih emas atau logam mulia.
Responden lainnya memilih asuransi (22,9 persen), saham atau reksadana (18,0 persen), tidak ada (17,4 persen), properti seperti tanah atau rumah (14,7 persen), serta aset digital seperti kripto (0,2 persen).
“Memang masyarakat masih mengandalkan tabungan atau deposito (61,4%), lalu pindah ke emas. Saya tidak tahu apakah emas jadi populer karena kenaikannya cepat dari akhir tahun lalu,” kata Ashma dalam penjelasannya di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Ia menambahkan, berdasarkan temuan KedaiKOPI, metode-metode investasi modern belum terlalu populer di kalangan kelas menengah. Sebagian besar responden melakukan investasi bukan semata untuk stabilitas ekonomi.
“Kelas menengah tujuan utamanya investasi itu untuk memiliki properti yang lebih stabil,” katanya.
Hasil survei menunjukkan, tujuan investasi kelas menengah meliputi memiliki properti seperti tanah, ruko, rumah, dan lain-lain (35,6 persen), stabilitas finansial atau kondisi keuangan (23,1 persen), kebebasan finansial atau kondisi keuangan atau pensiun dini (19,4 persen), pendidikan anak terbaik (14,1 persen), serta mengembangkan bisnis (7,7 persen). Sementara itu, yang menjawab tidak tahu sebanyak 0,1 persen.
Survei bertajuk “Pergeseran Perilaku Konsumsi dan Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah” ini dilakukan pada 14-19 Oktober 2025 dengan metode Online-Computerized Assisted Self Interview (CASI).
Survei melibatkan 932 responden warga negara Indonesia berusia 17-55 tahun, dengan pendapatan Rp 3,5 juta hingga Rp 14,5 juta per bulan, atau memiliki pengeluaran per kapita antara Rp 2 juta hingga Rp 9,9 juta per bulan.