Politik

Sudirman Said Sebut Tokoh-Tokoh Pahlawan Bangsa, Ada Rencana Bikin Partai Politik?

  • March 7, 2025
  • 3 min read
Sudirman Said Sebut Tokoh-Tokoh Pahlawan Bangsa, Ada Rencana Bikin Partai Politik? Menteri ESDM 2014-2016 Sudirman Said. (Dok: SS/YouTube Sudirman Said Official)

JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral periode 2014-2016 Sudirman Said baru-baru ini mencuri perhatian dengan menyebut sejumlah tokoh sebagai “pahlawan bangsa”.

Dalam pernyataannya di video “Terima Kasih Sudah Selalu Bersuara! Jangan Pernah Lelah” yang ia unggah di akun YouTube pribadinya, ia mengapresiasi nama-nama seperti Abraham Samad, Akbar Faisal, Bambang Widjojanto, Bivitri Susanti, Dhandy Laksono, Hendri Satrio, Najwa Shihab, Rocky Gerung, Said Didu hingga Novel Baswedan dan Pandji Pragiwaksono.

Menurut Sudirman, tokoh-tokoh ini berjasa karena dengan sadar menjaga kewarasan publik, keadaban, dan kesehatan demokrasi di tengah berbagai risiko.

“Indonesia patut berterima kasih pada mereka. Mereka menjaga nalar publik dan harapan bahwa Indonesia ke depan patut diperjuangkan,” ujarnya dalam video tersebut.

Ia juga mengkritik kondisi politik saat ini yang ia sebut “sakit luar biasa” dalam lima tahun terakhir.

Sudirman menilai, keseimbangan tiga pilar negara, state, korporasi, dan civil society, terganggu karena politik negara menjadi panglima, ditambah percampuran fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

“Demokrasi kita cacat. Secara prosedural baik, tapi pelaksanaannya penuh tekanan,” katanya.

Pernyataan ini memicu spekulasi bahwa Sudirman seperti merancang partai politik baru bersama tokoh-tokoh tersebut.

Namun, pengamat politik Ray Rangkuti menepis anggapan tersebut. Menurutnya, Sudirman hanya sedang mengapresiasi mereka yang tak berhenti kritis terhadap pemerintah.

“Saya kira nggak ada rencana apa-apa kecuali sekadar memberi apresiasi kepada nama-nama yang disebutkan. Ini bukan konsolidasi politik atau langkah untuk mendirikan partai,” ujar Ray.

Ray menjelaskan bahwa mendirikan partai politik saat ini sangat sulit. Hal itu, menurutnya, juga pasti dipikirkan oleh Sudirman ketika berbicara konsolidasi politik.

“Sekarang ini, bikin partai itu rumit banget. Buang-buang uang, tenaga, dan pikiran kalau masih pakai syarat parliamentary threshold 4 persen. Sudirman pasti sadar diri, partai seperti apa lagi yang mau dibikin untuk bersaing di pasar pemilu?” katanya.

Ray pun tidak yakin jika tokoh-tokoh tersebut ingin membentuk partai politik atau masuk ke dalam ranah politik praktis.

“Boleh jadi sebagian dari mereka pernah ditawari masuk pemerintahan, tapi mereka yang nggak mau. Tidak semua orang punya minat masuk politik formal atau jabatan pemerintahan,” kata Ray.

“Di kita, orang kritis sering dianggap nyari jabatan. Ya, nggak salah sih, karena memang umumnya begitu. Tapi ada juga yang kritis murni karena merasa harus bersuara, nggak ada hubungannya dengan ambisi jabatan,” jelasnya.

“Jadi, kalau Sudirman bilang orang-orang ini cocok jadi mitra pemerintah atau masuk pemerintahan untuk menyuarakan rakyat, itu opininya dia. Tapi kenyataannya, mereka belum tentu mau. Apalagi kalau diajak bikin partai, saya rasa lebih kecil lagi kemungkinannya,” ujar Ray.

Di luar hal itu, Sudirman sendiri menegaskan bahwa tokoh-tokoh tersebut seharusnya tidak dimusuhi. Ia menegaskan, tokoh-tokoh tersebut harus dijadikan mitra untuk menjadi penyambung lidah rakyat.

“Mereka bukan musuh negara, mereka adalah aset negara, yang harus diberi tempat, didengar, karena mereka-mereka lah yang menjadi penyuara nurani publik,” ujar Sudirman.

“Jangan ditekan, jadikan mitra. Suara mereka harus bening,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *