Politik

Soal Larangan Bendera One Piece, Kang Maman: Sangat Reaktif dan Berlebihan

  • August 11, 2025
  • 2 min read
Soal Larangan Bendera One Piece, Kang Maman: Sangat Reaktif dan Berlebihan Budayawan Maman Suherman dalam YouTube Hendri Satrio Official.

JAKARTA – Budayawan Maman Suherman, atau yang akrab disapa Kang Maman, memberikan kritik tajam terkait larangan pengibaran bendera bergambar simbol One Piece oleh pemerintah dan aparat menjelang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia

Larangan ini dinilainya berlebihan dan memicu pertanyaan tentang sensitivitas pemerintah terhadap simbol populer dari manga dan anime Jepang tersebut.

“Buat saya ini sebuah sikap yang sangat reaktif dan menurut saya sangat berlebihan. Lucu-lucuan tiba-tiba dihajar sebagai akan membuat negara ini terpecah belah dan lain sebagainya,” ungkapnya dalam podcast yang ditayangkan di kanal YouTube Hendri Satrio Official pada Senin (11/8/2025).

Kang Maman secara khusus mencontohkan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang pernah menggunakan pin berlogo One Piece saat kampanye Pilpres 2024.

“Wapres kita pun pernah pakai pin One Piece juga (saat debat Pilpres 2024),” ujar Kang Maman.

Menurut Kang Maman, reaksi pemerintah yang melarang pengibaran bendera One Piece terkesan berlebihan.

Ia mempertanyakan mengapa pemerintah begitu sensitif terhadap simbol tersebut, padahal dalam cerita One Piece, simbol bajak laut yang dipimpin Monkey D. Luffy menggambarkan perjuangan melawan pemerintahan yang lalim.

“One Piece dengan tokohnya itu kan simbol untuk melawan kelaliman kan. Apa iya pemerintah sudah merasa dirinya lalim sehingga kemudian begitu sensitif terhadap simbol itu? Kan yang dilawan kelaliman,” ujarnya.

“Kalau enggak merasa lalim ngapain meributkan sesuatu yang sifatnya seperti itu gitu loh. Ngapain ngerasa atau memang merasa? Itu kan pertanyaan yang paling dasar seharusnya,” lanjutnya.

Mantan jurnalis ini menyarankan agar pemerintah lebih introspektif terhadap ekspresi masyarakat yang mengibarkan bendera bergambar tengkorak bertopi jerami tersebut.

Menurutnya, simbol One Piece justru mencerminkan perlawanan terhadap ketimpangan, kesewenang-wenangan, dan korupsi.

“Kalau kita kemudian mencoba mencari intertekstualitas dari simbol tersebut, betul itu melawan ketimpangan, melawan kesemena-menaan, melawan pemimpin yang korup dan lain sebagainya,” kata Kang Maman.

“Kalau kita ada rasa seperti itu, berarti kan harusnya introspeksi ke dalam, memperbaiki diri ke dalam. Jangan tiba-tiba muncul pernyataan-pernyataan yang reaktif yang kok enggak mewakili hati nurani rakyat ya,” tambahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *