JAKARTA – Ketua Dewan Direktur GREAT Institue Syahganda Nainggolan menilai situasi Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka dalam politik semakin rumit karena keterbatasan kapasitas politik Gibran sendiri.
Meski jabatan Wakil Presiden masih dipertahankan hingga kini, posisinya dinilai hanya bertahan secara formal tanpa pengaruh substantif, sehingga Gibran lebih sering terlihat dalam aktivitas yang tidak mencerminkan peran seorang wakil presiden.
“Kemarin dia ngasih hadiah mancing. Bagusan dia jadi ketua RT aja kalau gitu,” ungkap Syahganda dalam podcast di kanal YouTube Hendri Satrio Official, dikutip Rabu (12/11/2025).
Syahganda berpendapat, Gibran tidak akan menjadi target utama dalam pusaran tekanan politik yang mendorongnya mundur dari jabatan, seandainya ayahnya, Joko Widodo (Jokowi), tidak terlalu aktif mencampuri urusan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Intensitas campur tangan Jokowi tersebut memicu kemarahan masyarakat luas, yang kemudian mengalihkan sorotan tajam terhadap keberadaan Gibran di panggung politik nasional, setelah ditempatkan oleh sang ayah di tengah arus pertarungan kekuasaan.
“Pikiran saya, kalau Gibran tidak banyak reaksi artinya bapaknya diam aja, orang tidak terlalu memperhatikan itu. Kenapa orang mau gantikan ini (Gibran), kemarahan orang bahwa dia anak haram konstitusi karena bapaknya terus cawe-cawe,” kata Syahganda.
Menurut Syahganda, keputusan Jokowi memasukkan Gibran ke dalam pusaran politik nasional merupakan kesalahan kalkulasi strategis.
Jokowi, lanjut Syahganda, menganggap rezim saat ini sebagai kelanjutan langsung dari pemerintahannya sebelumnya, sehingga ia yakin masih dapat mengendalikan peran putranya di tengah dinamika kekuasaan.
“Bayangkan anaknya masukkan dalam sentrum pertarungan, dia pikir dia bisa bertahan kontrol anaknya. Dia nggak sangka bahwa dia itu kehilangan kontrol terhadap rezim yang dia pikir rezim keberlanjutan. Makanya anaknya jadi pusaran goyangan orang,” ujarnya.
Lebih ironis lagi, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dipimpin oleh Kaesang Pangarep, adik kandung Gibran. PSI yang diharapkan menjadi benteng perlindungan politik bagi sang wakil presiden, justru tidak memiliki kekuatan karena nihil kursi di parlemen.
“Menjaga dimana? dia nggak punya parlemen. Parlemen yang bisa menjaga, kalau ada pembahasan proses pergantian disana, kan bisa jaga disana,” pungkasnya.