Nasional

Sinta Nuriyah Wahid: Hati-hati, Pelaku TPPO Jago Mainkan Psikologi Korban!

  • April 25, 2025
  • 3 min read
Sinta Nuriyah Wahid: Hati-hati, Pelaku TPPO Jago Mainkan Psikologi Korban!

JAKARTA – Istri Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sinta Nuriyah Wahid, mengingatkan bahaya perdagangan manusia (human trafficking) atau Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang kian cerdas mengeksploitasi kerentanan psikologis masyarakat.

Hal itu ia katakan dalam Dialog Psikologi Nusantara XIII di Universitas Bina Nusantara Kampus Kijang, Jakarta Barat, Jumat (25/4/2025).

Sinta, yang juga pendiri Yayasan Puan Amal Hayati, menyoroti kepiawaian pelaku TPPO memahami kejiwaan korban.

Ia memaparkan bahwa pelaku TPPO menggunakan modus canggih seperti memberikan pekerjaan dengan iming-iming gaji besar untuk menipu korban.

“Hati-hati, modus operandi yang digunakan oleh para sindikat canggih, mereka menggunakan cara-cara yang halus dan canggih dengan bujuk rayu yang menipu masyarakat,” kata Sinta.

Tak hanya itu, Sinta melihat para pelaku juga memanfaatkan psikologis korban, seperti kondisi membutuhkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan hidup.

“Ketika ada tawaran pekerjaan, masyarakat tidak butuh waktu panjang lagi untuk menerimanya,” ungkapnya.

Ia pun mengungkapkan, salah satu faktor penyebabnya adalah minim literasi masyarakat dalam hal perdagangan orang.

Sinta berpendapat, kelalaian masyarakat tersebut seringkali dimanfaatkan pelaku untuk mencari mangsa.

“Akibatnya, masyarakat tidak pernah berhati-hati terhadap orang-orang yang menawarkan pekerjaan kepada mereka. Bahkan, mereka menganggap orang-orang tersebut sebagai penolong yang akan melepaskan mereka dari kemiskinan,” ungkapnya.

Sinta pun meminta pemerintah semakin serius dalam memerangi TPPO.

Menurutnya, perdagangan orang serta perlindungan terhadap perempuan dan anak belum serius ditanggapi oleh pemerintah.

“Penyediaan institusi dan perangkat hukum atau kebijakan harus diiringi dengan penyediaan SDM dan sarana yang memadai supaya dapat menjalankan peran dan institusi secara optimal,” ujarnya.

Tak hanya itu, Sinta menegaskan pentingnya pendekatan penuh empati kepada korban.

“Orang-orang yang menjadi korban itu jangan terlalu direndahkan. Justru mereka didekati dengan cara-cara yang baik dan yang membangkitkan hatinya,” ujarnya.

“Sebab, membiarkan korban TPPO bersuara sendiri tanpa pembelaan, sama dengan menutup masa depan mereka,” pungkasnya.

Urgensi isu TPPO tinggi

Acara Dialog Psikologi Nusantara ke-13 yang diadakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara kali ini mengangkat tema “Keberpihakan Pada Perempuan dan Anak Korban Human Trafficking”.

Dosen Psikologi dari Universitas Bina Nusantara, Yosef Dedy Pradipto mengungkapkan alasan mengapa mengangkat tema diskusi tersebut.

“Ini sebetulnya topik yang belum pernah terangkat, dan sudah jadi gunung es, masalah yang sensitif namun penanganannya belum semaksimal itu,” kata Dedy.

Ia pun mengatakan, gelaran Dialog Psikologi Nusantara dari awal tidak selalu mengangkat isu yang sedang menjadi pembicaraan publik, namun terkadang lebih memilih isu yang dirasa memiliki urgensi tinggi.

“Kami berharap diskusi ini bisa menjadi kontribusi kami secara psikologis, dan bisa mengintervensi tak hanya korban tapi juga pelaku agar tidak lagi melakukan,” tutup Dedy.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *