Rujak Hari Ini

Rujak Hari Ini: Mencari “Nahkoda” Baru PPP untuk Kembali ke Senayan

  • September 22, 2025
  • 4 min read
Rujak Hari Ini: Mencari “Nahkoda” Baru PPP untuk Kembali ke Senayan Ilustrasi bendera PPP. (Istimewa)

JAKARTA – Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yang akan digelar pada 27-29 September di Jakarta, menjadi panggung krusial bagi partai berlambang Ka’bah ini. Pemilihan Ketua Umum periode 2025-2030 bukan sekadar pergantian kepemimpinan, melainkan taruhan besar untuk mengembalikan PPP ke Senayan pada Pemilu 2029.

Setelah kegagalan lolos ambang batas parlemen 4% pada Pemilu 2024 dengan hanya meraih 3,8% suara nasional, partai yang lahir dari fusi empat partai Islam pada 1973 ini berada di ujung tanduk. Pemimpin baru harus mampu menyatukan kader, memperbaiki citra, dan meraih hati pemilih di tengah persaingan politik yang kian sengit.

Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP Muhammad Romahurmuziy mengatakan dirinya mendorong adanya wajah baru atau tokoh dari luar partai untuk memimpin PPP.

“Saya sendiri lebih memilih untuk mendorong wajah baru untuk memimpin partai karena PPP butuh energi baru. Energi besar, bukan untuk berjalan. Tapi untuk melompat mengatasi semua rintangan untuk kembali ke Senayan 2029,” kata pria yang akrab disapa Gus Romy ini melalui siaran persnya, Rabu, 14 Mei 2025.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum (Waketum) PPP, Amir Uskara pelaksana tugas ketua umum Muhamad Mardiono dalam muktamar ke-X PPP. Ia bahkan terpilih menjadi ketua tim pemenangan Mardiono untuk bertarung dalam Muktamar X.

Amir mengaku para kader telah berjuang di era kepemimpinan Mardiono untuk membesarkan nama PPP.

“Memang teman-teman meminta saya untuk menjadi ketua relawan pemenangan pak Mardiono, karena mungkin melihat apa yang kita lakukan selama ini, adalah sebuah perjuangan yang butuh keikhlasan, perjuangan yang butuh kebersamaan,” ujar Amir Uskara di Hotel Sheraton, Jakarta, Kamis, 18 September 2025.

“Sebuah perjuangan yang tentu harus ada keinginan bersama-sama untuk kembali membesarkan PPP dengan niat apa yang disampaikan tadi oleh Pak Mardiono untuk kembali lagi ke senayan,” sambungnya.

Antara Kader Internal PPP dan Figur Eksternal

Dinamika pemilihan ketua umum kali ini mencerminkan tarik-menarik antara konsolidasi internal dan dorongan perubahan melalui figur eksternal. Menurut AD/ART PPP, calon ketua umum harus dari kader internal, namun wacana perubahan aturan untuk mengakomodasi tokoh eksternal mencuat, memicu debat sengit.

Dari internal, Muhamad Mardiono, Plt Ketua Umum saat ini, menjadi kandidat terdepan dengan dukungan 33 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW). Pengusaha kelahiran Yogyakarta 1957 ini telah mengabdi 28 tahun di PPP dan pernah menjabat Wakil Ketua Umum.

“Tujuan saya adalah membawa PPP kembali ke parlemen 2029,” tegas Mardiono saat deklarasi dukungan di Jakarta, 18 September.

Namun, kritik terhadapnya keras, terutama dari Rommy yang menyoroti kegagalannya mempertahankan kursi DPR pada 2024.

Selain Mardiono, nama internal lain seperti Sandiaga Uno dan Taj Yasin Maimoen, Wakil Gubernur Jawa Tengah sekaligus putra ulama karismatik Maimoen Zubair, juga mencuat.

Taj Yasin, dengan basis kuat di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), dianggap mampu menarik dukungan ulama tradisional, meski pengalamannya di level nasional masih terbatas.

Di sisi lain, figur eksternal mencuri perhatian. Agus Suparmanto, mantan Menteri Perdagangan 2019-2020, didukung masif oleh DPW Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat. Pengusaha sukses ini menjanjikan transformasi partai melalui jejaring ekonomi dan visi modernisasi, sebagaimana dideklarasikan di Muskerwil Jatim, 20 September. Namun, reputasinya sempat tercoreng isu impor, yang bisa menjadi beban.

Nama lain seperti Amran Sulaiman, Menteri Pertanian dengan fokus pada ekonomi umat, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Menteri Sosial dengan basis kuat di Jatim, serta Dudung Abdurachman, mantan KSAD dengan pendekatan militer yang tegas, turut meramaikan bursa.

Husnan Bey, cucu pendiri Pondok Gontor, dan Epyardi Asda, figur internal yang vokal, melengkapi daftar kandidat.

Strategi Bangkit Menuju 2029

Muktamar ini bukan hanya soal siapa yang memimpin, tetapi bagaimana PPP bangkit dari keterpurukan. Percepatan muktamar dari Desember ke September memberi waktu empat tahun bagi ketua baru untuk konsolidasi.

Evaluasi di Mukernas II, Agustus lalu, menyoroti lemahnya soliditas kader dan positioning PPP sebagai partai Islam moderat. Strategi menuju 2029 berfokus pada tiga pilar: ekonomi umat, digitalisasi, dan koalisi.

Pertama, PPP akan menggerakkan koperasi dan UMKM berbasis masjid untuk menarik 65% pemilih usia 17-40 tahun yang menginginkan kesejahteraan nyata.

Kedua, kampanye digital akan dimaksimalkan untuk membangun citra caleg dan melawan hoaks.

Ketiga, koalisi dengan partai Islam seperti PKB atau PKS akan diperkuat, sembari menjaga basis tradisional di Jawa dan Sumatera.

Tawaf Politik PPP

Muktamar X PPP ibarat tawaf politik: penuh dinamika, namun bermuara pada pemurnian visi. Delegasi dari 33 provinsi akan menentukan apakah Mardiono dengan pengalamannya, Agus Suparmanto dengan energi barunya, atau kandidat lain yang layak memimpin.

Pilihan ini akan menjawab apakah PPP mampu bangkit sebagai representasi Islam moderat atau terbenam lebih dalam. Di tengah taruhan ini, umat PPP berharap: kejayaan 2029 bukan mimpi, tapi kenyataan. Kongres ini, pada akhirnya, adalah doa kolektif untuk kebangkitan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *