JAKARTA – Hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Indonesia terus menunjukkan dinamika yang hangat, terutama melalui interaksi pribadi antara Presiden Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto. Sejak Prabowo menjabat, pujian dari Trump datang bertubi-tubi di panggung internasional. Ini bukan sekadar basa-basi, melainkan pengakuan atas peran Indonesia dalam isu global seperti perdamaian Timur Tengah dan stabilitas kawasan.
Trump, yang dikenal dengan gaya komunikasinya yang blak-blakan, sering menyoroti ketegasan Prabowo sebagai pemimpin yang mampu menyatukan suara dunia. Jejak pujian ini dimulai dari Sidang Umum PBB di New York pada September 2025, melewati KTT Perdamaian Gaza di Mesir pada Oktober, hingga mencapai puncak di KTT ASEAN di Kuala Lumpur akhir pekan ini.
Setiap momen mencerminkan mengapa Trump begitu mengagumi Prabowo: karena komitmennya yang tegas terhadap perdamaian, kedaulatan, dan diplomasi aktif.
Awal Mula: Pujian Hangat di Sidang Umum PBB
Semuanya bermula di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, pada 23 September 2025. Prabowo Subianto tampil sebagai pembicara ketiga di Sidang Majelis Umum ke-80 PBB, tepat setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Donald Trump. Pidato Prabowo berlangsung berapi-api. Ia menghentakkan tangan ke podium berkali-kali saat membahas isu penjajahan, kesetaraan manusia, dan dukungan tegas terhadap kemerdekaan Palestina.
“Kita harus mengakui Palestina sekarang. Kita harus menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza. Mengakhiri perang harus menjadi prioritas utama kita,” tegas Prabowo saat itu, menekankan solusi dua negara sebagai jalan keluar konflik Israel-Palestina.
Gaya pidato ini langsung mencuri perhatian. Tak lama setelah sesi utama, di Ruang Konsultasi Dewan Keamanan PBB, Trump mengundang Prabowo ke Multilateral Meeting on the Middle East. Di sana, di hadapan para pemimpin seperti Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani dan Raja Yordania Abdullah II, Trump melontarkan pujian terbuka.
“Pidato yang hebat, sahabatku. Anda melakukan pekerjaan luar biasa dengan mengetukkan tangan di meja itu. Terima kasih banyak,” kata Trump sambil menoleh ke arah Prabowo.
Ia bahkan bercanda, “Saya berkata, bagaimana kalau harus berhadapan dengan dia kalau ia marah? Tidak mudah.” Ruangan pun pecah tawa, termasuk senyuman kecil dari Prabowo.
Mengapa Trump memuji Prabowo sejak awal? Karena pidato itu menunjukkan ketegasan yang jarang terlihat di forum PBB. Trump melihat Prabowo sebagai pemimpin yang berani menyuarakan keadilan tanpa ragu, berbeda dengan pidatonya sendiri yang lebih fokus pada prestasi domestik AS.
Pakar hubungan internasional menilai, pujian ini juga mencerminkan kekaguman Trump atas hubungan akrab Prabowo dengan pemimpin lain seperti Vladimir Putin dan Xi Jinping. Trump, yang sedang membangun aliansi anti-China, menganggap Prabowo sebagai mitra potensial yang netral tapi berpengaruh.
Respons Prabowo saat ditanya soal pujian itu sederhana: “Dia suka bercanda, jadi saya tidak terlalu sadar itu pujian.” Tapi, momen itu langsung viral, menjadi simbol kedekatan dua pemimpin tangguh.
Lanjutan di KTT Perdamaian Gaza: Pengakuan atas Komitmen Perdamaian
Tak berhenti di PBB, jejak pujian Trump berlanjut ke Konferensi Tingkat Tinggi Perdamaian Sharm El-Sheikh di Mesir, pada 13 Oktober 2025. KTT ini, yang dipimpin bersama oleh Trump dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, membahas rekonstruksi Gaza dan peta jalan perdamaian permanen. Lebih dari 20 pemimpin dunia hadir, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan. Prabowo datang mewakili Indonesia, yang secara historis selalu vokal soal Palestina.
Di sesi jumpa pers usai penandatanganan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang dimediasi Qatar, Turki, dan AS, Trump kembali menyoroti Prabowo.
“Bersama kita ada Presiden Prabowo, sosok luar biasa dari Indonesia,” ujar Trump sambil memberi isyarat ke arah Prabowo.
Saat Prabowo maju berjabat tangan, Trump menambahkan, “Kerja bagus!” Tepuk tangan meriah pun menggema. Trump juga menyebut Indonesia sebagai aktor kunci dalam proses perdamaian, terutama karena rencana pengiriman pasukan perdamaian ke Gaza.
“Cinta dan semangat untuk Timur Tengah belum pernah terlihat seperti ini selama seribu tahun! Sungguh hal yang indah untuk disaksikan,” kata Trump, merujuk pada dukungan Prabowo yang mendorong kesepakatan itu.
Alasan Trump memuji Prabowo di sini jelas: kontribusi konkret Indonesia. Prabowo tidak hanya bicara, tapi mendorong pengakuan Palestina sebagai prasyarat perdamaian, sejalan dengan two-state solution. Trump, yang sedang membangun legacy perdamaian Timur Tengah pasca-konflik Gaza, melihat Prabowo sebagai sekutu strategis. Indonesia, dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, memberikan legitimasi moral bagi upaya AS.
Momen ini juga menarik perhatian global; video jabat tangan Trump-Prabowo dengan jempol ke atas menjadi sorotan, menandai pengakuan atas diplomasi pragmatis Jakarta. Prabowo sendiri merespons dengan hormat, mendekati podium dan berbincang singkat dengan Trump, meski mikrofon masih menyala.
Puncak di KTT ASEAN: Sahabat yang Luar Biasa
Pujian Trump mencapai klimaks di Konferensi Tingkat Tinggi ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, pada 26 Oktober 2025. Trump hadir sebagai tamu kehormatan di KTT ASEAN-US, yang mengusung tema “Inclusivity and Sustainability”.
Ini kunjungan keduanya ke ASEAN sejak 2017, dan ia tiba dengan pesan positif: komitmen AS 100% untuk kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Di hadapan para pemimpin seperti Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, dan Prabowo, Trump membuka pidatonya dengan sanjungan.
“Kepemimpinan ASEAN luar biasa, penuh genius, setiap sentuhan mereka berubah menjadi emas,” katanya.
Kemudian, tatapannya tertuju pada Prabowo.
“Dan sahabat saya Presiden Prabowo dari Indonesia, atas dukungan luar biasa mereka dalam upaya memastikan lahirnya masa baru bagi Timur Tengah. Ini benar-benar masa baru. Timur Tengah akan memiliki perdamaian setelah 3.000 tahun, perdamaian yang kuat dan abadi,” ujar Trump, sambil menatap langsung ke arah Prabowo.
Pujian ini disampaikan di plenary hall, di depan delegasi ASEAN lengkap, termasuk Timor Leste yang baru bergabung sebagai anggota ke-11.
Trump memuji Prabowo karena peran Indonesia dalam mendorong perdamaian Gaza, yang kini berdampak pada stabilitas regional. Selain itu, Trump apresiasi mediasi AS atas konflik Thailand-Kamboja, yang didukung Prabowo.
Balasannya, Prabowo memuji Trump: “Keterlibatan AS sangat positif bagi ASEAN. Kami senang AS memediasi konflik Thailand-Kamboja.”
Alasan di balik pujian Trump di ASEAN? Strategis. Ia ingin perkuat aliansi AS-ASEAN di tengah rivalitas dengan China, dan Prabowo—dengan pengaruhnya di Asia Tenggara dan Timur Tengah—adalah kunci. KTT ini juga hasilkan kesepakatan perdagangan: AS potong tarif impor Indonesia jadi 19% dari 32%, setelah telepon Prabowo-Trump. “Presiden mereka sangat hebat, kuat, dan cerdas,” kata Trump saat umumkan itu.
Mengapa Trump Terus Memuji Prabowo?
Pujian Trump bukan kebetulan. Sejak Juli 2025, saat umumkan pemangkasan tarif impor, Trump sudah sebut Prabowo “sangat hebat”. Ini berlanjut karena kesamaan visi: keduanya pemimpin tangguh yang prioritaskan perdamaian melalui kekuatan. Trump kagum pada ketegasan Prabowo di PBB, yang kontras dengan pidatonya sendiri. Di Gaza dan ASEAN, pujian datang karena Prabowo dukung inisiatif Trump tanpa kompromi prinsip Indonesia. Pakar bilang, ini juga soal cemburu Trump pada jaringan Prabowo dengan Putin dan Xi—ia ingin tarik Indonesia ke orbit AS.
Dampaknya nyata: hubungan bilateral AS-Indonesia makin erat. Prabowo dapat standing ovation di PBB, dan Indonesia jadi aktor utama perdamaian Gaza. Trump sebut Prabowo “the incredible man”, simbol pengakuan global. Di tengah ketegangan dunia, jejak pujian ini tunjukkan Indonesia bukan lagi pemain pinggir, tapi pusat diplomasi.
Dampak Jangka Panjang: Diplomasi Indonesia di Panggung Dunia
Jejak pujian Trump ini buka pintu baru bagi Indonesia. Di ASEAN, kesepakatan perdamaian Thailand-Kamboja dan perdagangan dengan AS perkuat posisi Prabowo sebagai mediator regional. Secara global, dukungan Gaza tingkatkan pengaruh Indonesia di OKI dan PBB. Trump sendiri bilang, “AS ada untuk Anda,” janji komitmen Indo-Pasifik.
Tapi, tantangan ada. Indonesia harus jaga netralitas di tengah rivalitas AS-China. Prabowo, dengan pengalaman militernya, paham itu. Responsnya selalu rendah hati: fokus pada perdamaian, bukan sorotan.
Saat ini, dengan KTT ASEAN baru usai, mata dunia tertuju pada langkah selanjutnya. Apakah pujian Trump jadi katalisator kerjasama lebih dalam? Waktu akan jawab.
Yang jelas, Prabowo telah cetak sejarah: dari gebrak meja di PBB hingga sahabat Trump di ASEAN. Itu jejak yang tak mudah dilupakan.