Romahurmuziy PPP: Jokowi Lebih Aksesibel, Prabowo Cenderung Protokoler
JAKARTA – Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuziy, mengungkapkan perbedaan gaya kepemimpinan antara Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dalam wawancara di kanal YouTube Hendri Satrio Official.
Rommy, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa Jokowi dikenal lebih aksesibel dan spontan, sementara Prabowo cenderung lebih protokoler dan tidak terlalu terbuka.
“Pak Jokowi itu tingkat spontanitasnya tinggi banget. Tapi Pak Prabowo, saya lihat orang yang komitmen. A ya A, B ya B,” ujar Romahurmuziy.
Ia menambahkan, Jokowi memiliki kemampuan politik yang canggih, yang bagi pengagumnya disebut kecerdasan, namun bagi yang tidak menyukainya bisa dianggap sebagai kecurangan.
Terkait strategi politik Prabowo yang dikenal merangkul semua pihak, ia menyebut PPP telah dirangkul dengan penunjukan Plt Ketua Umum PPP, Muhammad Mardiono, sebagai Utusan Khusus Presiden (UKP).
Namun, ketika ditanya soal kemungkinan penambahan posisi dari PPP, ia mengungkapkan bahwa komunikasi dengan Prabowo masih kurang intens.
“Kurang silaturahmi tadi saya bilang,” katanya.
Rommy juga menyinggung perbedaan pendekatan politik antara Prabowo dan Jokowi. Menurutnya, Prabowo sebagai ketua umum partai menegaskan tidak ingin mencampuri urusan internal partai lain.
“Pak Prabowo nggak mau cawe-cawe. Bahasa beliau, saya tidak mau partai saya digitukan, jadi saya juga tidak akan menggitukan partai lain,” ungkapnya.
Sebaliknya, Jokowi disebut lebih proaktif dan kreatif, bahkan “over kreatif” dalam urusan politik. Ketika ditanya mengapa Jokowi tidak mendirikan partai politik, Romahurmuziy menceritakan percakapan lamanya dengan Jokowi.
“Saya bilang, ‘Pak, nggak bikin partai?’ Dia jawab, ‘Buat apa lagi, Mas?’,” ujarnya.
Romahurmuziy menimpali bahwa Jokowi berhasil menjadi presiden dua periode tanpa memiliki partai, sehingga tidak memerlukan partai untuk tetap aktif di dunia politik.
Menurut Rommy, Jokowi akan terus aktif di politik sebagai “partai perorangan”, sebagaimana pernah disebutkan oleh Sandiaga Uno usai bertemu dengan Jokowi.
“Kalau istilah yang sempat dimunculkan Pak Sandi, waktu itu habis silaturahmi ke Pak Jokowi, Pak Jokowi akan tetap mengkonsentrasikan diri aktif di dunia politik sebagai partai perorangan,” pungkas Rommy.