
Presiden Prabowo Subianto melontarkan kritik keras terhadap praktik pengusaha nakal yang ia sebut sebagai “vampir ekonomi”. Dalam pidatonya saat peluncuran program Kopdes Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah, Minggu (21/7/2025), Prabowo menyoroti perilaku sebagian pelaku usaha yang mencari keuntungan dengan cara merugikan rakyat dan negara.
Menurut Prabowo, praktik seperti ini bukanlah bentuk kewirausahaan sejati, melainkan bentuk keserakahan yang ia istilahkan sebagai “Serakahnomics”. Ia menyebut para pelaku ini sebagai parasit ekonomi yang menghisap darah rakyat dan merusak tatanan ekonomi bangsa. “Ini bukan entrepreneurship. Ini adalah serakahnomics. Ini adalah tindakan vampir ekonomi,” tegasnya.
Salah satu contoh yang disinggung adalah praktik pengoplosan beras yang merugikan negara hingga Rp100 triliun per tahun. Prabowo mengungkapkan bahwa dalam lima tahun terakhir, potensi kerugian dari praktik semacam itu bisa mencapai Rp1.000 triliun. Ia menyesalkan bahwa dana sebesar itu seharusnya bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional.
“Kalau Rp100 triliun per tahun digunakan untuk pendidikan, bisa memperbaiki 100.000 sekolah tiap tahun. Tapi malah dinikmati oleh pengusaha serakah,” ujar Prabowo.
Presiden juga meminta aparat penegak hukum, termasuk Kapolri dan Jaksa Agung, untuk segera bertindak. Ia mengingatkan bahwa praktik semacam ini adalah bentuk sabotase ekonomi yang tidak boleh dibiarkan. “Saya minta para pelaku seperti ini jangan diberi perlakuan istimewa. Mereka menikam rakyat dari belakang,” ucapnya.
Prabowo menegaskan bahwa pemerintah tetap mendukung dunia usaha, tetapi hanya kepada pengusaha yang memiliki semangat inovatif dan menjunjung tinggi etika. Ia membedakan antara pengusaha sejati dengan pelaku ekonomi yang hanya mengejar keuntungan semata dari penderitaan masyarakat.
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam pertemuan terpisah menyatakan bahwa Indonesia tetap menjadi mitra penting dalam perekonomian global. Pernyataan ini memperkuat posisi Indonesia dalam membenahi sistem perlindungan dan tata kelola ekonomi domestik.
Di sisi lain, kritik Prabowo terhadap “vampir ekonomi” menuai dukungan dari berbagai pihak, terutama di sektor pendidikan dan petani yang selama ini terdampak dari permainan harga dan distribusi pangan. Banyak pihak berharap langkah tegas pemerintah tidak hanya berhenti pada pidato, melainkan diwujudkan dalam penindakan nyata.
Dengan penekanan pada etika bisnis dan keadilan ekonomi, Prabowo mengirimkan pesan kuat bahwa pembangunan ekonomi Indonesia ke depan harus inklusif dan berpihak pada rakyat, bukan pada sekelompok elite yang hanya memikirkan kepentingan pribadi.