Politik

PPP Tak Lolos ke DPR Karena Salah Pilih Capres? Ini Penjelasan Romahurmuziy

  • September 23, 2025
  • 3 min read
PPP Tak Lolos ke DPR Karena Salah Pilih Capres? Ini Penjelasan Romahurmuziy Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy. (Istimewa)

JAKARTA – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memutuskan untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden pada Pemilu 2024 berdasarkan arahan yang disebut-sebut berasal dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) namun ternyata tidak.

Hal ini diungkapkan oleh mantan Ketua Umum PPP, Romahurmuziy, dalam wawancara di kanal YouTube Hendri Satrio Official.

Menurut Rommy, sapaan akrabnya, informasi mengenai dukungan untuk Ganjar disampaikan saat itu oleh Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP, Mardiono.

“Waktu itu pagi-pagi, Plt Ketum bilang, ‘Ini ada arahan untuk mendukung Mas Ganjar.’ Saya tanya, ‘Gimana ceritanya, kok pagi-pagi bener kasih dukungan?’” ujar Romahurmuziy.

Mardiono kemudian menjelaskan bahwa arahan tersebut diterima saat ia berada dalam perjalanan dari Pasar Kota Depok menuju Istana Bogor.

“Dia bilang, ‘Dikasih tahu, seminggu lagi Mas Ganjar mau deklarasi. Jangan sampai PPP ketinggalan. PPP kan partai besar, nanti kalau ketinggalan enggak kebagian,’” ungkap Rommy, mengutip pernyataan Mardiono.

Namun, Romahurmuziy kemudian menelusuri lebih lanjut bahwa ada perintah tersebut ternyata tidak langsung berasal dari Jokowi.

Menurut Rommy, ini menunjukkan kepiawaian Jokowi dalam berpolitik hingga partai sebesar PPP saja bisa berubah haluan saat itu,

“Saya pernah ngomong kalau Pak Jokowi itu pemain di tepi jurang. Kalau kita salah-salah ikut, kita yang kecemplung duluan. Dan sudah banyak yang kecemplung duluan, termasuk PPP,” katanya.

Saat Pilpres 2024, PPP memutuskan untuk mendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai calon presiden-calon wakil presiden.

Namun, pasangan bernomor urut 3 tersebut justru berada di posisi ketiga dengan perolehan suara 16 persen. Ada pun PPP juga tak lolos ke DPR RI dengan perolehan suara hanya 3,8 persen, kurang 0,2 persen dari ambang batas minimal parlemen.

Romahurmuziy juga mengungkapkan bahwa PPP sebenarnya telah melakukan survei internal terbatas kepada ketua, sekretaris, dan bendahara partai di seluruh Indonesia. Hasilnya menunjukkan kecenderungan dukungan yang berbeda dari keputusan partai.

“Kita kirimkan survey kepada seluruh ketua, sekretaris, dan bendahara PPP seluruh Indonesia. Saat itu, kita mengatakan pilihan Anda itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap eksistensi Anda di PPP. Kita hanya ingin memotret. Jadi ketua, sekretaris, dan bendahara PPP itu memilih, 46% Mas Anies. Kemudian 26% Pak Prabowo. 18% Mas Ganjar. Selebihnya nggak jawab,” ujar Rommy.

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa Anies Baswedan adalah kandidat yang paling didukung oleh pengurus PPP, diikuti oleh Prabowo Subianto, sementara Ganjar hanya mendapat 18% dukungan.

Keputusan mendukung Ganjar, menurut Romahurmuziy, pada akhirnya tidak membawa efek positif bagi partai, baik dari segi coattail effect (efek ekor jas) maupun capital effect.

“Artinya sebenarnya kecenderungan kita itu Mas Anies. Itulah kenapa kita ketika mengusung Mas Ganjar tidak dapat coattail effect-nya. Saya memiliki sebuah keyakinan bahwa oke kalau coattail effect enggak dapat, asal ada efek yang lain, yaitu capital effect, itu masih bisa mengkompensasi. Nah ternyata kapitalnya juga tidak dapat. Sehingga akhirnya kita nggak dapat efek positif apapun dari Pilpres kemarin,” kata Rommy.

Keputusan yang tidak selaras dengan basis konstituen ini, menurut Romahurmuziy, menjadi salah satu penyebab PPP gagal mencapai ambang batas parlemen (parliamentary threshold) pada Pemilu 2024.

Meski demikian, ia menyebutkan bahwa faktor ini hanyalah salah satu dari beberapa penyebab kegagalan partai lolos ke Senayan saat itu.

“PPP memilih calon presiden yang tidak sesuai dengan basis konstituensinya, dilakukan dengan sadar, tapi kompensasi untuk menjawab itu tidak kunjung datang,” pungkas Rommy.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *