Opini

Perombakan Kabinet: Strategi atau Respons Politik?

  • September 8, 2025
  • 3 min read
Perombakan Kabinet: Strategi atau Respons Politik? Pelantikan Menteri di istana negara. Sumber: Youtube Sekretariat Negara

Perombakan kabinet yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto tentu menarik untuk dilihat lebih mendalam. Langkah ini memunculkan pertanyaan mendasar, apakah ini murni strategi evaluasi kinerja, ataukah sebuah respons politik terhadap dinamika yang terjadi di lapangan?

Perombakan ini tidak bisa dilihat hanya sebagai respons tunggal terhadap demonstrasi yang terjadi di akhir Agustus. Menteri-menteri seperti Menteri Koperasi dan Menteri Perlindungan Pekerja Migran yang diganti disinyalir bukan karena demonstrasi tersebut, melainkan bagian dari evaluasi kinerja yang lebih luas dan isu lainnya.

Di sisi lain, pergantian posisi strategis seperti Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan sangat mungkin berkaitan dengan kejadian demonstrasi yang sempat memanas. Posisi ini menuntut peran proaktif dalam menjaga stabilitas, sehingga pergantiannya bisa dimaknai sebagai upaya untuk memastikan tim yang lebih solid menghadapi tantangan serupa di masa depan.

Pergantian Menteri Keuangan juga menjadi sorotan. Meskipun ada insiden penyerangan di rumahnya yang bisa menjadi pemicu, desas-desus tentang pergantian ini sudah beredar jauh sebelumnya. Ini mengindikasikan bahwa perombakan ini sudah direncanakan secara matang, bukan sekadar reaksi sesaat.

Jika melihat pola kebijakan yang diambil, perombakan kabinet ini menunjukkan bahwa Presiden Prabowo Subianto cenderung mengambil keputusan tak terduga. Ia tidak terburu-buru, melainkan menunggu momen yang tepat untuk bertindak. Hal ini terlihat dari cara ia membiarkan situasi mereda sebelum mengumumkan keputusan reshuffle.

Keputusan ini juga dilihat sebagai langkah strategis untuk memperkuat tim internal. Menteri Koperasi yang baru, misalnya, adalah seorang loyalis yang diharapkan mampu mengemban program-program andalan Presiden. Ini menunjukkan bahwa Presiden Prabowo ingin menempatkan orang-orang yang paling dekat dan sejalan dengan visinya untuk menggerakkan roda pemerintahan.

Namun, tantangan besar menanti. Menteri Keuangan yang baru, Purbaya, akan mengemban tugas berat untuk mencari solusi fiskal yang lebih kreatif. Ia harus mampu menghindari kebijakan yang hanya mengandalkan pungutan atau utang, yang berpotensi memicu ketidakpuasan rakyat. Ini adalah ujian nyata bagi tim ekonomi baru.

Secara umum, keputusan reshuffle ini adalah hal yang wajar. Presiden Prabowo sendiri sebelumnya pernah memberikan nilai yang tidak terlalu tinggi pada kinerja kabinetnya, yang mengisyaratkan bahwa evaluasi memang sedang berjalan. Langkah ini adalah bukti konkret bahwa ia serius dalam memastikan tim terbaik untuk menjalankan pemerintahannya.

Sikap hati-hati Presiden Prabowo, yang tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, patut diapresiasi. Ia memilih waktu yang tenang untuk mengumumkan perubahan besar ini. Ini mencerminkan pertimbangan yang matang, bukan sekadar reaksi emosional. Termasuk saat mengganti Menteri yang oleh publik diidentikkan dengan orangnya Jokowi, seperti Budi Arie dan Karding, tentu melihat kinerja dan juga isu lain dari keduanya.

Pada akhirnya, perombakan kabinet ini adalah perpaduan antara strategi dan respons politik. Meskipun ada elemen respons terhadap kejadian di lapangan, fondasi utamanya adalah evaluasi kinerja dan upaya untuk membangun tim yang lebih kuat dan sejalan dengan visi Presiden.

Ibnu Dwi Cahyo, Direktur Riset dan Komunikasi Lembaga Survei KedaiKOPI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *