
Paris Saint-Germain (PSG) akhirnya mengangkat trofi Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah setelah mengalahkan Manchester City 2-1 di final yang dramatis. Di balik kemenangan bersejarah ini, ada satu nama yang menjadi otak strategis: Luis Campos, direktur sepak bola yang membangun fondasi tim dari nol.
Campos, 60 tahun, bukan sosok asing di dunia sepak bola Eropa. Jejaknya dimulai sebagai kepala analis di Real Madrid era Jose Mourinho (2012), sebelum membuktikan kejeniusannya sebagai arsitek tim AS Monaco (2013-2016). Di sana, ia merekrut pemain muda seperti Kylian Mbappé, Bernardo Silva, dan Fabinho. Hasilnya? Monaco juara Ligue 1 2017 dan semifinalis Liga Champions.
Setelah sukses di Monaco, Campos pindah ke Lille OSC (2017-2020). Dengan anggaran terbatas, ia membentuk tim yang mengandalkan analisis data dan pemain undervalue seperti Victor Osimhen dan Jonathan David. Hasilnya spektakuler: Lille merebut gelar Ligue 1 2021, mematahkan dominasi PSG.

Ketika PSG merekrutnya pada 2022, tantangannya berat. Tim dipenuhi bintang tapi tak seimbang, dengan pertahanan rapuh dan mentalitas yang dipertanyakan. Campos membuat revolusi di PSG dengan beberapa hal penting yang dilakukan.
Campos melakukan pembersihan skuad, melepas pemain berbayaran tinggi seperti Neymar dan Sergio Ramos. Bahkan Messi dan Mbappe juga dilepas dengan gratis.
Dia juga melakukan rekrutmen strategis dengan membeli pemain muda berbakat Xavi Simons, Manuel Ugarte, Bradley Barcola, Desire Doue, Pacho bahkan menarik Dembele dari Barcelona dan Vitinha dari Porto yang sempat gagal di Liga Inggris bersama Wolves. Campos juga yang punya andil menarik Luis Enrique menjadi juru taktik PSG.
Musim 2024/2025 menjadi puncak karya Campos. PSG tak hanya dominan di Ligue 1, tapi juga tampil perkasa di Eropa. Mereka menyingkirkan City, Liverpool, Arsenal dan Aston Villa. Trio Dembele, Doue dan Kvaratskhelia menjadi momok menakutkan lawan-lawan PSG.
Pelatih PSG, Luis Enrique, memuji peran Campos: “Ia tak hanya membeli pemain, tapi menciptakan DNA tim. Setiap transfer menjawab kebutuhan taktis spesifik.” Presiden PSG Nasser Al-Khelaifi juga berterima kasih: “Campos mengubah mimpi menjadi kenyataan.”

Campos melakukan scouting berbasis AI, tim analisnya memantau 80.000 pemain global. Campos tidak hanya mencari bintang teapi pemain yang mau berjuang.
Ahli sepak bola Prancis, Julien Laurens, menyebut Campos “pengubah permainan”.
“Ia buktikan bahwa dengan perencanaan brilian, klub Prancis bisa saingi raksasa Eropa.” Kemenangan PSG ini juga disebut sebagai kebangkitan Ligue 1 yang sering dianggap “minor league”.
Bagi Campos, gelar Liga Champions adalah puncak perjalanan 12 tahun membangun tim dari Monaco, Lille, hingga PSG.
Dengan trofi itu kini menghiasi museum PSG, Luis Campos telah menorehkan namanya sebagai salah satu direktur sepak bola terjenius abad ini—sang arsitek yang membangun istana dari batu bata yang diabaikan dunia.
Sebelum final di Munich, PSG telah memperpanjang kontrak Campos sampai 2030. Ini membuat MU kembali gagal mendatangkan juru transfer terbaik Eropa saat ini.