Komisi IX DPR dan Kemendukbangga Ajak Warga Cipayung Rencanakan Keluarga Sejak Dini

Komisi IX DPR RI berkolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga), Kementerian Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Perhimpunan Perawat Masyarakat Indonesia (P2MI) mengadakan sosialisasi Program Bangga Kencana bersama mitra kerja di wilayah Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. (Dok. Istimewa)

JAKARTA – Komisi IX DPR RI berkolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga), Kementerian Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Perhimpunan Perawat Masyarakat Indonesia (P2MI) mengadakan sosialisasi Program Bangga Kencana bersama mitra kerja di wilayah Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, 18 Oktober 2025.

Acara ini diikuti masyarakat setempat, tokoh daerah, dan kader keluarga berencana, dengan fokus memperdalam pemahaman tentang ketahanan keluarga serta perencanaan hidup sehat sejak dini.

Anggota Komisi IX DPR RI, Zainul Munasichin, menyampaikan bahwa komisi tersebut bermitra dengan berbagai instansi terkait untuk menyampaikan program sosialisasi kepada publik. Ia menegaskan keluarga sebagai fondasi bangsa yang perlu direncanakan matang, termasuk usia ideal pernikahan pada 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki, guna mencapai kematangan fisik dan mental.

“Menikah di usia terlalu muda berisiko terhadap kesehatan ibu dan janin, serta kesiapan psikologis pasangan. Karena itu, kematangan usia menjadi syarat penting untuk mewujudkan keluarga sejahtera,” ujar Zainul.

Ia juga menyoroti pengaturan jarak kelahiran dengan prinsip “Dua Anak Cukup” demi keseimbangan kasih sayang dan ekonomi keluarga, serta peningkatan keterampilan generasi muda untuk adaptasi di dunia kerja.

“Pemerintah telah menyiapkan berbagai program lapangan kerja bagi anak muda, namun kesiapan diri dan kemampuan yang relevan tetap menjadi kunci,” tambahnya. Zainul mengakhiri dengan ajakan menjaga pola hidup sehat sebagai investasi generasi produktif menuju Indonesia Maju.

Sementara itu, Direktur Bina Penggerak Lini Lapangan Kemendukbangga Lisna Prihantini memaparkan program penguatan keluarga melalui Bina Keluarga Balita dan Anak, yang menekankan gizi, kasih sayang, dan stimulasi perkembangan.

Ia menekankan pemeriksaan kesehatan pranikah bagi calon pengantin untuk mencegah risiko, serta Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) guna meningkatkan peran ayah dalam pengasuhan.

“Peran ayah dalam keluarga sangat penting. Banyak anak kehilangan figur ayah, sehingga mencari sosok pengganti di luar rumah yang belum tentu memberikan pengaruh positif. Gerakan ini mengajak para ayah untuk kembali hadir dan menjadi teladan bagi anak-anaknya,” jelasnya.

Lisna juga menggarisbawahi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai periode kritis yang melibatkan tanggung jawab bersama.

“Gizi, kesehatan psikologis ibu, serta dukungan keluarga sangat menentukan tumbuh kembang anak. Kesehatan reproduksi bukan hanya tanggung jawab perempuan, tetapi juga laki-laki,” tambahnya.

Program Kemendukbangga, katanya, melibatkan masyarakat, DPR RI, dan pemerintah daerah untuk keluarga mandiri dan berdaya saing.

Nurdini Wahyuningsih kemudian membahas peran remaja dalam pembangunan keluarga, dengan membagi masa remaja menjadi tiga fase: awal (10–14 tahun), tengah (15–19 tahun), dan akhir (20–24 tahun), yang memerlukan pendampingan khusus.

Pemerintah menyediakan PIK Remaja sebagai pusat informasi, konseling, dan bagian dari Generasi Berencana (Genre) untuk membentuk remaja sehat dan berkarakter.

Inovasi seperti konselor sebaya membantu edukasi pencegahan HIV/AIDS, bahaya NAPZA, serta perencanaan karier. Pemeriksaan kesehatan calon pengantin tiga bulan sebelum pernikahan juga ditekankan untuk cegah stunting, mencakup deteksi anemia hingga paparan rokok.

“Tenaga kesehatan tidak akan menunda pernikahan, tetapi akan memberi arahan agar pasangan siap menjadi orang tua yang sehat dan bertanggung jawab,” ujarnya.

PIK Remaja turut mendorong kreativitas lewat Adu Kreativitas Genre dan kegiatan sosial melibatkan sekolah hingga anak jalanan, membentuk remaja sebagai agen perubahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *