KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali, KNKT Ungkap Muatan Berlebih

BANYUWANGI – Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam, meninggalkan duka mendalam dengan korban jiwa dan puluhan penumpang yang masih hilang.
Insiden ini memicu perhatian serius setelah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap adanya muatan berlebih yang melebihi kapasitas kapal. Berikut adalah temuan KNKT dan kronologi awal kejadian.
Muatan tiga kali lipat
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap fakta mencengangkan bahwa KMP Tunu Pratama Jaya mengangkut muatan tiga kali lipat dari kapasitas normalnya. Hal ini disampaikan Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, dalam rapat dengan tim Komisi V DPR RI di Kantor ASDP Ketapang, Banyuwangi, pada Selasa (22/7/2025).
Rapat tersebut melibatkan berbagai pihak, termasuk Basarnas, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, BMKM, Gapasdap, dan lainnya, untuk membahas operasi pencarian dan penyelamatan (SAR).
“Kapal memiliki kemampuan muat 138 ton, tapi total yang dimuat 538 ton, tiga kali lipat,” ungkap Soerjanto.
Menurutnya, kapal buatan tahun 2010 itu hanya mampu mengangkut maksimal sembilan truk sedang dan 14 mobil sedan atau SUV sesuai rencana penataan muatan. Namun, data KNKT dan surat persetujuan berlayar (SPB) dari pihak kapal mengungkap adanya kendaraan dengan berat 52 ton, yang tercatat pada kendaraan bernomor polisi DK 3185 AD.
Berdasarkan manifes, kapal mengangkut 22 kendaraan, terdiri dari delapan kendaraan golongan VII, tiga kendaraan golongan VI B, tiga kendaraan golongan V B, tiga kendaraan golongan IV B, empat kendaraan golongan VI A, dan satu kendaraan golongan II. Muatan berlebih ini menyebabkan garis muat kapal tenggelam, melebihi batas kemampuan kapal.
KNKT juga menyoroti lemahnya bridge resource management (BRM) atau kerja sama tim dalam proses pemuatan.
“Seharusnya bridge resource management atau kerja tim di anjungan bekerja sama. Jika ada kelemahan, bisa saling mengoreksi dan memberikan masukan untuk perbaikan,” ujar Soerjanto.
Namun, di lapangan, BRM gagal mendeteksi kepatuhan terhadap International Safety Management (ISM) Code. KNKT berharap temuan ini dapat meningkatkan kesadaran terhadap keselamatan dengan penerapan ISM Code untuk mengatasi kelemahan yang ada.
Kronologi awal
KMP Tunu Pratama Jaya bertolak dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, pada Rabu (2/7/2025) sekitar pukul 22:56 WIB. Kapal tersebut tenggelam sekitar pukul 23:35 WIB di Selat Bali.
Koordinator Pos SAR Banyuwangi, Wahyu Setia Budi, membenarkan insiden ini terjadi saat kapal berada dalam lintasan Ketapang-Gilimanuk.
Berdasarkan manifes, kapal mengangkut 53 penumpang, 12 kru kapal, dan 22 unit kendaraan. Presiden Prabowo Subianto, yang menerima laporan kejadian saat sedang menjalankan ibadah di Makkah, menginstruksikan untuk mengutamakan penyelamatan korban.
“Bapak Presiden mendapat laporan bahwa telah terjadi kecelakaan tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali karena cuaca buruk,” ujar Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Kamis (3/7/2025).
Basarnas mengerahkan sembilan unit kapal SAR untuk mencari korban. Hingga Kamis (3/7/2025) pukul 08:00 WIB, 23 penumpang ditemukan selamat dan empat orang meninggal dunia, yaitu Anang Suryono, Ekos Sastryo, Elok Rumantini, dan Cahyani.
Korban selamat sebagian menggunakan sekoci dan sebagian lagi dibantu kapal lain yang melintas. Tiga penumpang—Alfa Hidayat, Manson, dan Saroji—serta satu kru, Sandi Wariyawan, berhasil menyelamatkan diri menggunakan sekoci dan ditemukan di Pantai Cekik, dekat Pelabuhan Gilimanuk.