Jokowi Dinilai Lebih Pilih Kaesang, Hensa: Gibran Ambil S2 untuk Tingkatkan Kualitas Diri

JAKARTA – Analis komunikasi politik, Hendri Satrio, yang akrab disapa Hensa, menyoroti isu kepercayaan publik terhadap kualitas Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Hensa menyarankan Gibran melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 sebagai upaya meningkatkan kapasitas dan memperbaiki citra di mata publik.
Hensa menilai Gibran kerap berada dalam posisi serba salah. Ia melihat Gibran saat ini sedang mengalami isu kepercayaan publik terhadap kinerjanya.
“Dia mau monolog, dicibir. Mencetak gol, dicibir. Dipindah ke Papua atau IKN, orang ketawa. Ini menunjukkan ada isu trust terhadap kualitas Gibran,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa meskipun status Gibran sebagai Wakil Presiden telah sah pasca-pemilu, pertanyaan soal kemampuan terus mengemuka, berbeda dengan wapres sebelumnya seperti Ma’ruf Amin, Boediono, atau Jusuf Kalla yang jarang dipertanyakan kualitasnya.
Untuk mengatasi hal ini, Hensa mengusulkan agar Gibran melanjutkan pendidikan S2.
“Ambil S2 lah, di UI, UGM, Binus, Unpad, atau Paramadina, terserah. Yang penting ada effort untuk meningkatkan kualitas,” katanya.
Hensa menyarankan Gibran memanfaatkan kelas malam atau akhir pekan di universitas agar tidak mengganggu tugasnya sebagai wapres. Proses pendidikan yang transparan, seperti mengerjakan tugas, kuis, hingga UTS dan UAS, dinilai penting agar publik melihat usaha nyata Gibran.
“Kalau Gibran kuliah, hadir di kelas, itu akan menciptakan image baru. Publik akan lihat ada progress, ada usaha untuk scaling up kapasitas,” tambahnya.
Terkait administrasi pendidikan, seperti pengurusan ijazah, Hensa menyerahkan sepenuhnya kepada Gibran dan timnya. Ia menambahkan bahwa dengan dukungan stafnya, Gibran seharusnya dapat menangani hal-hal teknis tersebut tanpa hambatan.
“Nah masalah administrasi terserah dia. Pengusul jangan dibebankan masalah administrasi juga,” ungkap Hensa
Namun, Hensa juga menyoroti bahwa Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) tampaknya lebih mempersiapkan putra bungsunya, Kaesang Pangarep, untuk panggung politik jangka panjang, khususnya menuju Pemilu 2034.
“Jadi pada saat dia bilang full support ke PSI, oh bisa ditanyain kader-kadernya. Ngidupin partai lain buat apa? Menangkan itu (Pemilu),” ujar Hensa.
Ia menduga bahwa “anak emas” Jokowi di politik bukanlah Gibran, melainkan Kaesang, yang kemungkinan diproyeksikan untuk maju sebagai presiden pada 2034.
“Kelihatannya Gibran tuh mungkin selesai jadi wapres aja. Di 2034, dikorbankan gitu ya,” tambahnya.
Untuk itu, Hensa menilai langkah Gibran melanjutkan pendidikan bisa menjadi strategi untuk memperkuat citra dan meredam kritik, sekaligus menunjukkan usaha nyata di tengah sorotan publik.
“Kalau dia kuliah, siapa yang bisa kritik? Datang ke kampus, lihat dia hadir atau tidak. Itu akan mematikan kritik dan membuyarkan skenario negatif,” tegasnya.
Apalagi, langkah ini dinilai dapat memperbaiki persepsi publik di tengah spekulasi bahwa Jokowi sedang mempersiapkan Kaesang sebagai penerus dinasti politiknya.
Menurut Hensa, kuliah tidak hanya akan meningkatkan kapasitas Gibran, tetapi juga menjadi solusi strategis untuk memperkuat kepercayaan publik terhadapnya sebagai pemimpin muda, sembari menavigasi dinamika politik yang kompleks di lingkaran keluarganya.
“Kalau Gibran kuliah dan hadir, itu akan jadi poin positif. Orang akan lihat dia serius membuktikan diri,” pungkasnya.