Intersepsi Flotilla oleh Israel Picu Gelombang Protes Global

Aksi unjuk rasa besar-besaran meletus di berbagai kota utama di Eropa, Amerika Latin, hingga Asia, sebagai respons terhadap tindakan militer Israel yang mencegat dan menyerang kapal relawan Global Sumud Flotilla pada Rabu (1/10) malam waktu setempat. Kapal yang membawa bantuan dan aktivis kemanusiaan tersebut diketahui tengah berupaya menembus blokade yang diberlakukan Israel di Jalur Gaza.
Insiden kontroversial ini menambah panjang daftar ketegangan maritim di kawasan Mediterania. Global Sumud Flotilla sendiri merupakan konvoi yang terdiri dari sekitar 50 kapal kecil, mengangkut 497 orang relawan dari 46 negara berbeda. Salah satu relawan bahkan berasal dari Indonesia. Misi utama konvoi ini adalah membawa bantuan kemanusiaan serta menuntut diakhirinya blokade berkepanjangan terhadap Gaza.
Dalam operasi penyergapan tersebut, dilaporkan bahwa pasukan Israel menahan sedikitnya 12 relawan. Di antara mereka yang ditangkap, terdapat nama terkenal, yakni aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg. Pihak penyelenggara Flotilla segera mengecam keras tindakan Israel ini, menegaskan bahwa intersepsi itu dilakukan di perairan internasional, sebuah tindakan yang melanggar hukum maritim dan kemanusiaan internasional.
Kabar mengenai serangan terhadap relawan sipil yang tidak bersenjata itu langsung menyulut kemarahan global. Di Istanbul, Turki, ratusan orang berkumpul di luar gedung konsulat AS, menyuarakan slogan-slogan anti-blokade dan menuntut masyarakat internasional mengambil tindakan tegas terhadap apa yang mereka sebut sebagai genosida yang sedang berlangsung.
Gelombang protes serupa melanda Roma, Italia. Ratusan demonstran, yang didominasi oleh mahasiswa dan anggota serikat pekerja akar rumput, memblokir lalu lintas di Piazza dei Cinquecento, tepat di depan Stasiun Termini. Mereka meneriakkan, “Mari kita blokir segalanya demi [armada] Sumud Flotilla dan demi Palestina.” Akibatnya, polisi terpaksa menutup stasiun metro dan membatasi akses ke terminal.
Dampak dari penyerangan ini juga berimbas pada kebijakan domestik di Italia. Serikat pekerja besar seperti Unione Sindacale di Base (USB) dan Confederazione Generale Italiana del Lavoro (CGIL) bahkan mengumumkan pemogokan umum nasional yang dijadwalkan pada Jumat, 3 Oktober, sebagai bentuk solidaritas dan protes.
Demonstrasi tidak hanya terkonsentrasi di Eropa. Di Spanyol, ratusan aktivis berunjuk rasa di luar konsulat Israel di Barcelona dan Madrid. Sementara itu, aksi solidaritas juga tercatat pecah di Mexico City, Meksiko, dan Buenos Aires, Argentina, menunjukkan bahwa isu kemanusiaan di Gaza telah menjadi perhatian lintas benua.
Para aktivis di London, Inggris, juga segera mengumumkan rencana aksi protes yang akan digelar keesokan harinya, memperlihatkan koordinasi cepat gerakan pro-Palestina di seluruh benua. Semua unjuk rasa ini memiliki satu tuntutan utama: mengakhiri pengepungan terhadap Gaza.
Untuk diketahui, blokade darat, laut, dan udara terhadap Jalur Gaza ini telah diberlakukan oleh Israel sejak tahun 2007, setelah Hamas mengambil alih kekuasaan di wilayah tersebut. Blokade selama bertahun-tahun ini telah melumpuhkan ekonomi lokal dan membatasi akses hampir dua juta penduduk Gaza terhadap kebutuhan pokok, kesehatan, dan pendidikan, menurut laporan berbagai lembaga HAM internasional.
Mengingat para aktivis yang ditangkap (termasuk Greta Thunberg dan 11 relawan lainnya) akan menjalani interogasi dan proses deportasi oleh otoritas Israel, komunitas internasional kini menanti reaksi resmi dari PBB dan Uni Eropa. Kejadian ini kembali menegaskan bahwa upaya sipil untuk menantang blokade kemanusiaan akan terus berlanjut, seiring dengan meningkatnya tekanan publik terhadap Israel.