Identik Dengan Turban, Luluk Nur Hamidah: Saya Masih Ada Keturunan Diponegoro
SURABAYA – Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah dikenal sebagai sosok yang identik dengan pemakaian turban di setiap penampilan publiknya.
Diketahui, tak banyak figur publik terutama politisi yang memilih memakai turban dibandingkan kerudung biasa sebagai penutup kepala.
Luluk bercerita, dirinya memakai turban karena terinspirasi dari banyak tokoh laki-laki pada zaman dahulu, salah satunya Pangeran Diponegoro.
“Aku tuh terinspirasi dari tokoh-tokoh laki pada zaman dahulu, misalnya kakek-kakek aku itu pakai udeng-udeng (turban), kemudian Diponegoro,” kata dalam tayangan podcast di YouTube Hendri Satrio.
Luluk pun mengungkapkan bahwa dirinya masih merupakan keturunan Pangeran Diponegoro. Ia mengatakan, keluarganya adalah generasi kelima dari keluarga Diponegoro.
Hal itu juga menjadi alasan mengapa Luluk merasa sangat dekat dengan Diponegoro, hingga akhirnya terinspirasi untuk memakai turban sebagai penutup kepalanya.
“Diponegoro itu sudah seperti figur yang menjelma dalam diri saya, sudah sangat dekat. Apa lagi konon katanya, keluarga kami merupakan masih keturunan Diponegoro, generasi kelima atau berapa,” kata Luluk.
Di sisi lain, Luluk meyakini bahwa dirinya tidak kalah populer dibandingkan dua calon lainnya yaitu Khofifah Indar Parawansa dan Tri Rismaharini.
Luluk mengatakan, meski secara survei dirinya masih berada di urutan ketiga, namun banyak masyarakat Jawa Timur yang mengenal dirinya sebagai calon gubernur dan politisi.
“Kalau di warung-warung kopi itu justru suara Luluk tidak tertinggal, apa lagi suara langit, mungkin kalau di survei iya, tertinggal, tetapi itu hal yang biasa,” kata Luluk
Luluk mengungkapkan alasan mengapa dirinya tak kalah populer dengan dua calon lainnya. Menurutnya, dibandingkan dua calon tersebut, ia merupakan calon gubernur yang tidak punya beban dan masalah di Jawa Timur.
Luluk mengatakan, masyarakat seharusnya memilih calon pemimpin yang tidak memiliki masalah, perkara, serta beban agar bisa fokus membenahi Jawa Timur dan bekerja sama dengan masyarakat.
“Ya mohon maaf siapa sih publik yang tidak tahu bahwa ada gojang-ganjing di Jawa Timur, dan itu cukup membuat kita sangat prihatin terkait dengan soal hibah ya,” kata Luluk.
“Sampai kemudian ada kantor gubernur yang diobrik-obrik sama KPK ya, maka saya pastikan itu kalau saya jadi gubernur ya, 5 tahun ke depan itu kantor gubernur itu gak akan ada di obrik-obrik KPK,” lanjutnya.
Luluk berharap masyarakat yang menginginkan perubahan di Jawa Timur memilihnya sebagai gubernur. Ia mengajak masyarakat Jawa Timur untuk kerja bersama membuat gerakan perubahan menuntaskan masalah-masalah yang kerap terjadi di sana.
“Kalau kita ingin menuntaskan problem kemiskinan di Jawa Timur, kalau kita ingin menuntaskan problem pendidikan termasuk sekolah kejuruan yang ada di Jawa Timur, kalau kita ingin menuntaskan problem kesenjangan yang ada di Jawa Timur termasuk daerah tapal kuda, berarti kita berada di satu barisan Luluk dan Lukman, karena itu tekad kami,” kata Luluk.(*)