Hilangnya Akun YouTube Tokoh Publik Usai Bahas Politik: Ancaman bagi Demokrasi?
JAKARTA – Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah channel YouTube yang dimiliki oleh tokoh publik di Indonesia menghilang secara misterius setelah mereka mengomentari atau mengkritik pemerintah.
Fenomena ini memicu pertanyaan di kalangan content creator dan masyarakat luas mengenai kebebasan berekspresi terkait politik di era digital.
Tak sedikit yang mempertanyakan apakah tindakan ini merupakan bentuk pengekangan terhadap suara kritis yang seharusnya dilindungi dalam sebuah sistem demokrasi.
Kehilangan akun-akun tersebut dinilai tidak hanya berdampak pada individu yang bersangkutan, tetapi juga menciptakan efek domino yang dapat mengintimidasi para kreator konten lainnya untuk tidak berbicara tentang isu-isu sensitif.
Kebebasan Berekspresi Harus Dilindungi Negara
Peneliti dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Fadli Ramadhanil, menegaskan kebebasan berekspresi harus diperhatikan oleh negara.
“Menurut saya keamanan digital, keamanan siber bagi warga negara, bagi organisasi masyarakat sipil tentu menjadi sesuatu yang penting ya,” kata Fadli melalui pesan suaranya, Selasa (14/1/2025).
Ia berpendapat, kebebasan berekspresi opini bagi para content creator dan keamanan akun mereka merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan.
Sehingga, kata Fadli, dua hal tersebut harus di jaga dan menjadi tanggung jawab negara untuk memperhatikan hal tersebut.
“Kebebasan berekspresi itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perlindungan data pribadi, dan itu jadi tanggung jawab negara,” kata Fadli.
Fadli mengatakan, keamanan dan kebebasan berekspresi ini memang pekerjaan rumah yang sangat serius bagi negara.
Sebab, selain memang hak masyarakat sebagai warga negara, mereka juga tidak bisa dibiarkan bertarung sendiri dalam menciptakan keamanan digital.
“Ketika intimidasi dan peretasan terjadi, ini adalah masalah serius yang menunjukkan kurangnya jaminan keamanan siber bagi warga negara,” ujarnya.
Usul untuk Pemerintah: Buat Asosiasi Khusus “Content Creator”
Pegiat media sosial yang juga pemilik channel YouTube, Mazdjo Pray, mengungkapkan banyak channel yang hilang setelah membahas isu-isu politik dan pemerintahan yang dinilai sensitif.
“Ini adalah permasalahan klasik. Sejak 2012, saya melihat YouTube sebagai platform kebebasan berpendapat, namun kini banyak yang merasa terancam,” kata Mazdjo Pray saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Selasa.
Menurutnya, insiden-insiden ini menimbulkan kekhawatiran serta ketakutan di kalangan content creator di Indonesia.
Ia menjelaskan, banyak dari mereka terpaksa untuk menahan diri dalam membahas topik-topik tertentu demi akun mereka tidak mengalami peretasan.
“Banyak dari kami yang merasa harus berpikir dua kali sebelum membahas topik tertentu. Ini bukan hanya tentang kehilangan channel, tetapi juga tentang kehilangan suara dan hak untuk berbicara,” tegasnya.
Mazdjo Pray juga mengusulkan agar content creator membentuk asosiasi yang mirip dengan media massa, termasuk membuat kode etik yang jelas.
Selain itu, asosiasi tersebut diharapkan juga bisa mengadvokasi para pembuat konten dari tindakan represif yang mungkin dihadapi.
“Asosiasi itu nanti fungsinya salah satunya adalah untuk mengasistensi dan mempertebal bahwa apa yang disampaikan oleh content creator politik ini adalah hal yang tidak bersifat hate speech,” ujarnya.
Mazdjo Pray pun menekankan kebebasan berpendapat harus dilindungi, dan jika ada pelanggaran yang bersifat hate speech atau hoax, seharusnya ada proses hukum yang jelas.
“Kita beropini bukan news sehingga tidak perlu ada cover both sides gitu, enggak. Kita beropini terhadap sesuatu. Tentu dengan rule-rule ya, ada praduga tak bersalahnya juga,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa pemerintah seharusnya tidak perlu takut terhadap kritik dan tak menjadikan content creator sebagai ancaman.
“Saya pikir Pak Presiden sekarang, Pak Prabowo bukan orang yang anti kritik. Beliau saya pikirnya enak buat bicara dan sebagainya. Jadi menteri-menteri gak perlu cari muka untuk men-take down, enggak perlu menjilat presiden,” ujar Mazdjo Pray.
Akun Tokoh Publik dan Pengamat Politik Sempat Hilang
Diketahui, sejumlah tokoh publik dan pengamat politik kehilangan channel YouTubenya setelah mengomentari atau membahas isu-isu sensitif terkait politik dan pemerintahan.
Diantaranya Akbar Faisal, Feri Amsari, dan yang terbaru adalah Hendri Satrio.
Hensa, sapaan akrabnya, mengatakan akunnya sudah lebih dari 40 hari hilang setelah membahas judi online dengan salah satu narasumber di YouTubenya.
“Sudah lebih 40 hari akun saya belum kembali, diduga karena membahas judi online dengan salah satu narasumber, ini waktu itu memang masalah sensitif dan sampai saat ini tidak bisa direcover,” kata Hensa.
Hensa pun memutuskan untuk membuat akun YouTube baru buntut dari hilangnya akunnya tersebut.
“Karena Channel Youtube Hendri Satrio Official masih dikuasai ‘pihak lain’ , saya memutuskan membuat akun baru, Jangkrik Bos ala Hensa,” ujar Hensa melalui akun X-nya, @satriohendri.