Hensa: Koalisi Permanen Usung Prabowo di 2029, Apakah Cawapresnya Tetap Gibran?

JAKARTA – Analis komunikasi politik Hendri Satrio (Hensa) menanggapi wacana para parpol Koalisi Indonesia Maju menjadi permanen dan berlaku hingga kapan pun.
Koalisi tersebut juga akan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada 2029.
Hensa menyayangkan wacana seperti ini muncul setelah 100 hari masa pemerintahan Prabowo-Gibran.
Di mana, berbagai survei merekam tingkat kepuasan pemerintahan ini mencapai di atas 80 persen.
Pasalnya, kata Hensa, elite politik justru memilih sibuk bicara terkait kekuasaan disaat masyarakat sedang disibukkan dengan permasalahan yang melanda Tanah Air, seperti efisiensi anggaran dan lainnya.
“Baru 100 hari lebih dikit terus udah ngomongin kekuasaan di 2029, padahal kemarin rakyat lagi disuguhin pemotongan, efisiensi, terus tiba-tiba mereka bicara tentang kekuasaan di 2029,” kata Hensa kepada wartawan.
Bicara soal koalisi permanen, Hensa pun mempertanyakan apakah koalisi tersebut hanya mendukung pencalonan Prabowo saja atau menjadi dukungan satu paket Prabowo-Gibran kembali di 2029.
Menurutnya, tidak mungkin jika ketua parpol lain di KIM saat ini juga tidak mengincar menjadi pendamping Prabowo di 2029.
“Pertanyaan besarnya kalau bicara koalisi permanen, ini hanya untuk partai politik atau pasangan capres cawapresnya juga permanen?,” tanya Hensa.
“Kalau capres kan sudah pasti pak Prabowo, cawapresnya tetap Gibran atau ganti? Ketum Parpol lain pasti ada yang mengincar jadi cawapresnya Prabowo,” lanjutnya.
Di sisi lain, wacana koalisi permanen ini sekaligus membuktikan pernyataan Hensa sebelumnya, dimana ia menyebut maju menjadi presiden dan wakil presiden tidaklah murah dan mudah meski Mahkamah Konstitusi menghapus ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) pada 2 Januari 2025 lalu.
Hensa sempat menyebutkan, faktor ongkos politik dan investasi elektoral merupakan dua tantangan terbesar para parpol untuk mengusung calonnya sendiri.
“Sekali lagi, ini cukup membuktikan analisa saya sebelumnya jika nanti di 2029 kita tak memiliki banyak calon presiden, faktor finansial dan tabungan elektoral bukanlah hal yang dapat dikejar dengan cepat selama kurang lebih 4 tahun ke depan sejak 2025 ini,” pungkas Hensa.(*)