Hensa: Gibran Harusnya Buktikan Diri ke Anak-anak Muda, Bukan ke Seniornya

JAKARTA – Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio, atau yang akrab disapa Hensa kembali menyoroti Gibran Rakabuming Raka dalam menjalankan tugasnya sebagai Wakil Presiden RI.
Dalam wawancara di podcast YouTube Edshareon milik Eddy Wijaya, ia mengungkapkan pandangannya terkait peran Gibran dan tantangan yang dihadapinya.
Hensa menegaskan bahwa Gibran harus membuktikan kemampuannya kepada anak-anak muda, bukan kepada generasi yang lebih senior. Oleh karena itu, wacana terkait berkantor di Papua sebetulnya merupakan hal bagus untuk Gibran.
“Dia itu sebetulnya harus membuktikan dirinya ke anak-anak muda lainnya,” ujar Hensa.
Menurutnya, kesempatan yang diberikan kepada Gibran dan pemuda lain, seperti Wakil Ketua MPR berusia 26 tahun, Abcandra Muhammad Akbar Supratman, adalah momen krusial.
Kegagalan Gibran, menurut Hensa, bisa berdampak besar. Salah satunya adalah menutup peluang bagi pemuda lain yang belum mendapat kesempatan serupa.
“Kalau dia gagal, maka anak-anak muda yang belum pernah mendapat kesempatan itu tidak akan pernah mendapat kesempatan,” tegas Hensa.
Lebih lanjut, Hensa menyoroti risiko Gibran mendapat “rapor jelek” dari masyarakat jika gagal menjalankan tugasnya.
“Bahkan misalnya di bawah 5, itu yang kasihan justru pemuda-pemuda lain yang belum mendapatkan kesempatan seperti dia,” katanya.
Ia juga menyebut banyak pengusaha muda di sektor startup yang tengah berjuang, sehingga kegagalan Gibran bisa memperkuat stigma negatif terhadap kemampuan generasi muda.
Saat ditanya Eddy soal tugas Gibran di Papua, Hensa menjelaskan bahwa Gibran akan menghadapi berbagai isu kompleks, mulai dari hak asasi manusia (HAM), masalah masyarakat, tambang, hingga lingkungan.
“Macam-macam, Pak. Ada HAM, ada tentang masyarakat, termasuk tambang juga dan lingkungan kalau saya nggak salah,” ungkap Hensa.
Ia juga menyinggung isu sensitif seperti gerakan Papua Merdeka yang turut menjadi bagian dari tantangan tersebut.
Hensa menambahkan bahwa misi ini bisa jadi ujian politik bagi Gibran. Ada spekulasi bahwa pengiriman Gibran ke Papua merupakan cara Presiden untuk “menjauhkan” atau justru memberi kesempatan baginya untuk membuktikan diri.
“Ada yang bilang ‘untung aja lo nggak dikirim ke IKN,’ Masih bagus sih Papua, ada orangnya, ada sumber daya, temannya banyak,” kata Hensa.