Politik

Hensa: Anak Emas Jokowi di Politik Adalah Kaesang, Bukan Gibran

  • August 1, 2025
  • 2 min read
Hensa: Anak Emas Jokowi di Politik Adalah Kaesang, Bukan Gibran

JAKARTA – Analis komunikasi politik Hendri Satrio (Hensa) menilai Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep, bukan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, menjadi figur yang digadang-gadang oleh Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) sebagai penerusnya dalam dunia politik.

Menurut Hensa, pernyataan Jokowi memberikan dukungan penuh kepada Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merupakan strategi untuk mempersiapkan Kaesang menuju kontestasi politik jangka panjang, khususnya pada Pemilu 2034.

Meski begitu, Hensa menyebut pernyataan Jokowi yang menyatakan dukungan penuh kepada PSI sebagai sebuah “blunder” politik. Menurutnya, dukungan tersebut justru memicu persaingan ketat antarpartai yang melihat PSI sebagai ancaman.

“Satu, tidak semua orang Indonesia menyukai Jokowi. Kedua, pernyataan itu membuat partai lain langsung berhitung dan memanaskan mesin politik mereka,” ujar Hensa.

Namun, di balik langkah tersebut, Hensa melihat adanya agenda besar Jokowi untuk memposisikan Kaesang sebagai figur politik masa depan.

“Jokowi sepertinya mengincar 2034, dan anak emasnya di politik bukan Gibran, melainkan Kaesang,” kata Hensa.

Ia menilai Gibran, yang kini menjabat Wakil Presiden, tidak lagi dipersiapkan untuk peran politik yang lebih besar setelah masa jabatannya selesai di 2029 nanti.

“Gibran selesai sebagai wapres. Dia sudah dikarbit, tidak melalui pendidikan politik yang organik,” tambahnya.

Hensa menyoroti penempatan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI sebagai langkah strategis Jokowi untuk memberikan pendidikan politik yang lebih dalam. Hal ini, menurutnya, tak akan didapatkan oleh Gibran meski sekarang ia menjabat sebagai wakil presiden.

“Kaesang bisa belajar banyak dengan bertemu ketua-ketua partai lain, tokoh besar, bahkan duduk satu meja dengan figur seperti Megawati Soekarnoputri dalam rapat politik. Itu pendidikan politik yang sangat baik,” jelas Hensa.

Sebaliknya, Gibran, dengan posisinya sebagai wapres, terbatas dalam dinamika politik praktis karena perannya lebih banyak mendampingi presiden tanpa keterlibatan langsung dengan ketua partai.

Hensa juga mencermati pernyataan Jokowi yang meminta Kaesang tidak tergesa-gesa maju pada 2029, melainkan menargetkan 2034.

“Itu menunjukkan Jokowi sedang mempersiapkan Kaesang secara matang. Kaesang belum menunjukkan kualitas politiknya, tapi justru itu yang membuatnya fleksibel untuk dibentuk,” ujarnya.

Ia membandingkan pendekatan ini dengan strategi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mempersiapkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai penerus politiknya.

Menurut Hensa, perjalanan politik Kaesang lebih terbuka untuk berkembang karena ia menghadapi tantangan dan dinamika politik secara langsung sebagai ketua partai.

“Gibran tidak akan pernah besar sebagai politikus karena dia tidak menemui kesulitan-kesulitan politik seperti yang dihadapi Kaesang,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *