Nasional

Hendri Satrio Berharap Pertemuan Prabowo-Jokowi Juga Bahas MBG dan Kelangkaan BBM-Beras

  • October 7, 2025
  • 3 min read
Hendri Satrio Berharap Pertemuan Prabowo-Jokowi Juga Bahas MBG dan Kelangkaan BBM-Beras Analis komunikasi politik, Hendri Satrio (Hensa), saat peluncuran buku karyanya dengan judu "MOMENTUM Karier, Politik, & Aktivitas Media Sosial (22/2/2022). (Foto: Dok. KedaiKOPI)

JAKARTA – Analis komunikasi politik Hendri Satrio (Hensa) menilai pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo pada 4 Oktober 2025 di Kertanegara, Jakarta Selatan, seharusnya bisa menjadi momen strategis untuk membahas isu-isu yang menjadi polemik di masyarakat.

Menurut Hensa, publik saat ini memberikan perhatian besar pada tiga isu, yakni program Makan Bergizi Gratis (MBG), ketersediaan bahan bakar minyak (BBM), dan distribusi beras. Ia berharap ketiga isu tersebut turut dibahas dalam pertemuan dua tokoh negara itu.

“Ada 3 hal yang memang menjadi sorotan masyarakat hari ini. Yang pertama adalah MBG, yang banyak juga keracunannya. Kemudian yang kedua, langkanya BBM, ketiga soal Beras,” kata Hensa kepada wartawan.

Pertama, Hensa menyebut MBG sebagai program yang bagus, namun masih memiliki catatan dari masyarakat terkait efektivitas dan implementasinya.

“Soal MBG, kalau Pak Prabowo mau lanjutkan, silakan lanjutkan. Tapi ada catatan-catatan dari masyarakat yang harus segera diperbaiki,” ucapnya.

Untuk BBM, ia menyoroti antrean panjang di SPBU akibat polemik antara SPBU swasta dan Pertamina. Hal ini, katanya, perlu menjadi perhatian serius agar pelayanan publik tetap optimal dan kebutuhan energi masyarakat terpenuhi tanpa hambatan berarti.

“Ini harus diakui bahwa polemik BBM ini, saya sebutnya terjadi antara SPBU swasta dengan SPBU Pertamina ini membuat masyarakat mengalami antrian BBM yang lumayan panjang,” kata Hensa.

Hensa juga menggarisbawahi masalah beras premium yang semakin sulit ditemukan di pasar dan pusat perbelanjaan. Ia menyebut pembatasan pembelian beras dengan kuota tertentu sebagai fenomena yang belum pernah terjadi di era pemerintahan Jokowi, sehingga patut menjadi bahan kajian bagi Presiden Prabowo.

“Di banyak sekali supermarket, pusat-pusat perbelanjaan, beras premium makin sulit didapat. Kalau pun ada batasan 5 kg, 2 kantong saja, atau untuk ukuran 10-20 kg, 1 kantong saja, itu belum pernah terjadi di era Pak Jokowi,” kata Hensa.

Dari tiga isu tersebut, Hensa menilai pengalaman Jokowi dalam mengendalikan komunikasi publik bisa menjadi masukan bagi Prabowo dalam menangani hal itu.

Menurutnya, Jokowi memiliki kelebihan dalam mengelola ekspektasi publik sekaligus mempertahankan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah.

“Komunikasi publiknya Pak Jokowi dengan cara-caranya itu jauh lebih baik daripada komunikasi publik era Pak Prabowo. Dan Pak Prabowo sudah mengakui itu,” ujarnya.

Maka dari itu, ia berharap pertemuan tersebut juga menjadi pertukaran pengalaman antara Jokowi dan Prabowo dalam membahas kebijakan-kebijakan yang populis namun juga bisa meningkatkan tingkat kepuasan masyarakat.

“Tapi kan kalau approval rating itu bukan hanya tentang komunikasi, tapi juga tentang bagaimana melayani publik,” kata Hensa.

“Nah yang dilayani oleh layanan-layanan publik yang dilakukan Pak Prabowo ini flagshipnya sudah jelas ada MBG, ada Koperasi Merah Putih, kemudian ada layanan cek kesehatan gratis, ada sekolah rakyat. Tapi apakah itu sudah cukup? Mungkin saja belum. Jangan-jangan memang masyarakat menginginkan bahasa rakyat seperti BLT atau Bansos yang sudah dilontarkan pada saat zaman Pak Jokowi,” lanjutnya.

Silaturahmi politik seperti ini, menurutnya, membawa dampak positif jika diarahkan pada kepentingan bangsa dan negara. Ia mengingatkan bahwa diskusi strategis jauh lebih penting ketimbang agenda pribadi yang justru bisa mengurangi efisiensi waktu presiden.

“Ya bukan hanya tentang ijazah saja, tapi ada beberapa hal yang lebih penting dari itu yang harusnya bisa dibahas, yaitu tadi, tentang BBM misalnya, tentang beras misalnya, tentang MBG yang lebih baik lagi,” kata Hensa.

Hensa menekankan bahwa pertemuan ini sebaiknya menghasilkan langkah konkret dalam memperbaiki persoalan ekonomi, ketersediaan BBM, dan beras, serta mendukung visi Prabowo sebagai garda terdepan menjaga kemerdekaan bangsa.

“Setelah pertemuan ini, mudah-mudahan Indonesia lebih baik lagi, terutama masalah ekonomi keluarga, kemudian tadi, ketersediaan BBM, ketersediaan beras ya.” pungkas Hensa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *