Fenomena Berburu Tajil yang Kian Diminati Masyarakat Sembari Menunggu Berbuka Puasa

JAKARTA – Bulan Ramadan selalu dinantikan umat Muslim. Berbagai tradisi muncul, salah satunya berburu tajil menjelang berbuka puasa. Fenomena ini biasanya dilakukan masyarakat untuk mengisi waktu menunggu berbuka.
Lembaga Survei Kelompok Opini dan Diskusi Publik Indonesia (KedaiKOPI) merilis survei tentang rencana mudik dan pola konsumsi masyarakat pada Ramadan pada 21 Maret 2025. Survei ini mengungkap fakta menarik terkait aktivitas sembari menunggu berbuka puasa. Dilakukan pada minggu kedua Ramadan 2025, survei melibatkan 1.130 responden di seluruh Indonesia, dengan komposisi 40% (452) perempuan dan 60% (678) laki-laki. Mayoritas responden adalah Generasi Milenial berusia 29–44 tahun, sebanyak 58,3% atau 659 orang.
Lantas, apa saja aktivitas masyarakat sembari menunggu berbuka puasa?
“Aktivitas manakah yang sering Anda lakukan untuk menunggu waktu buka puasa?” (MA)
Basis: Seluruh responden (n=1130)

Data diatas menjelaskan bahwa menyiapkan atau membeli tajil (70,3%), beribadah (62,8%) dan melihat/scrolling media sosial (56,3%) merupakan aktivitas favorit masyarakat sembari menunggu berbuka puasa.
Fenomena berburu tajil, atau sering disebut “perang tajil”, menjadi tradisi unik di Indonesia. Ini berdampak positif bagi pedagang kaki lima, UMKM, dan konsumen, baik dari sisi ekonomi maupun sosial.
- Dampak Ekonomi
Pedagang kaki lima dan UMKM mendapat peluang meningkatkan omzet dan membuka perekonomian baru selama Ramadan. Syaratnya, mereka harus menjaga kebersihan makanan dan mengikuti tren pasar yang digandrungi masyarakat. Konsumen pun dimanjakan dengan beragam pilihan tajil favorit, seperti es pisang ijo, risol mayo, aneka kue, hingga minuman segar yang viral di media sosial. Namun, konsumen juga harus memperhatikan berbagai aspek seperti kesehatan dan kebersihan tajil tersebut.
- Dampak Sosial
Fenomena ini juga memunculkan dampak sosial. Banyak non-Muslim turut serta berburu tajil, yang secara tidak langsung mempererat toleransi antaragama di Indonesia. Selain itu, UMKM kerap menerima pesanan tajil dalam jumlah besar untuk berbuka puasa, sehingga menyerap tenaga kerja tambahan. Hal ini menciptakan nilai kebersamaan dan gotong royong.
Menurut Anda, apa saja pengeluaran Anda/keluarga Anda khusus di bulan Ramadan ini?” (MA)
Basis: Seluruh responden (n=1130)

Survei juga mengungkap bahwa membeli tajil menjadi pengeluaran khusus terbesar selama Ramadan, diakui oleh 79,9% atau 903 responden. Ini membuktikan antusiasme masyarakat dalam mengikuti tradisi berburu tajil tahun ini.
Kesimpulan: Antusiasme Berburu Tajil Jadi Pilihan Utama
Hasil survei KedaiKOPI menunjukkan bahwa berburu tajil bukan hanya tradisi Ramadan yang digemari, tetapi juga aktivitas favorit sembari menunggu berbuka puasa. Selain itu, kegiatan ini menjadi salah satu pengeluaran terbesar masyarakat. Dampaknya, muncul simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan antara pedagang, UMKM, dan konsumen.