F1 GP Singapura: Russell Raih Kemenangan, McLaren Sabet Gelar Konstruktor
JAKARTA – George Russell tampil dominan dan memenangkan Grand Prix Singapura 2025, di mana McLaren juga memastikan gelar Constructors’ Championship untuk musim ini.
Memulai balapan dari pole position, Russell mempertahankan keunggulan sepanjang 62 lap dan finis 5,4 detik di depan Max Verstappen (Red Bull) yang menempati posisi kedua. Lando Norris (McLaren) meraih podium dengan finis ketiga.
Di belakang Russell, Max Verstappen finis di posisi kedua, sementara Lando Norris melengkapi podium di urutan ketiga. Oscar Piastri, rekan Norris di McLaren, sempat terlempar ke posisi keempat setelah terjadi kontak pada lap awal.
Balapan tersebut tidak lepas dari drama, khususnya antara dua pembalap McLaren, Norris dan Oscar Piastri. Di tikungan pertama, Norris melakukan manuver agresif untuk menyalip Piastri, memicu gesekan yang kemudian dipertimbangkan sebagai racing incident oleh steward.
Piastri yang mengawali balapan dari posisi tiga akhirnya finis keempat. Meski demikian, kombinasi poin dari Norris dan Piastri sudah cukup bagi McLaren untuk mengunci gelar konstruktor dengan sisa enam balapan.
Balapan juga diwarnai penalti. Lewis Hamilton awalnya finis keenam, tetapi dihukum karena pelanggaran batas lintasan (track limits) dan turun ke posisi kedelapan. Hal ini memunculkan proyeksi bahwa tim-tim harus ekstra hati-hati soal regulasi batas trek.
Dengan kemenangan ditambah hasil solid tim secara keseluruhan, McLaren kini mencatat dominasi dalam klasemen konstruktor, unggul jauh dari rival-rival mereka.
Dalam klasemen pembalap, Oscar Piastri masih memimpin dengan selisih 22 poin atas Norris, dan Verstappen berada jauh di belakang. Meskipun kalah di garis finis dari Russell dan Verstappen, Piastri tetap bertahan di puncak klasemen karena konsistensi selama musim ini.
Regulasi Panas Pertama di F1: “Heat Hazard”
FIA menyatakan bahwa GP Singapura tahun ini menjadi balapan pertama dalam sejarah Formula 1 yang dikategorikan sebagai heat hazard, menyusul prediksi suhu gabungan dan kelembapan tinggi yang berpotensi membahayakan pembalap.
Aturan tersebut memungkinkan tim memasang cooling vest untuk pembalap agar suhu tubuh tidak mengancam performa.
Kondisi di lintasan malam hari tetap terasa panas menyengat, memaksa tim dan pembalap lebih berhati‑hati dalam mengelola strategi pit stop dan konsumsi energi mobil.