Internasional

Elon Musk Tuduh Trump Ada Dalam Berkas Epstein

  • June 10, 2025
  • 2 min read
Elon Musk Tuduh Trump Ada Dalam Berkas Epstein Elon Musk (kanan) melompat saat menghadiri kampanye kandidat presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, di Butler, Pennsylvania, pada 5 Oktober 2024.

JAKARTA – Hubungan antara pengusaha teknologi Elon Musk dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kini memanas hingga titik terendah.

Padahal, sebelumnya Musk dikenal sebagai pendukung setia Trump, bahkan sempat menjabat sebagai penasihat khusus di Department of Government Efficiency (DOGE). Kini, hubungan tersebut berubah menjadi konflik terbuka yang terus memanas.

Perseteruan ini bermula ketika Musk secara terbuka mengkritik Rancangan Undang-Undang (RUU) yang disebut Trump sebagai One Big Beautiful.

Melalui platform X, Musk menilai RUU tersebut berpotensi memperburuk defisit anggaran negara dan mengancam stabilitas fiskal jangka panjang.

“Saya tak peduli soal insentif kendaraan listrik. Fokus saya adalah mengurangi utang nasional yang semakin mengancam masa depan Amerika,” tulis Musk dalam unggahannya.

Menanggapi kritikan tersebut, Trump tak tinggal diam. Ia menuduh Musk kesal karena RUU itu menghapus insentif pembelian mobil listrik, yang dianggap penting bagi Tesla, perusahaan milik Musk.

Trump juga membantah bahwa kemenangannya dalam pemilu bergantung pada dukungan finansial Musk.

“Saya kecewa pada Elon. Dia tahu isi RUU ini, bahkan mungkin lebih baik dari siapa pun, dan tak pernah mempermasalahkannya sampai dia keluar,” ujar Trump.

Musk dengan cepat membantah pernyataan Trump, mengklaim bahwa ia tidak pernah melihat draf RUU tersebut dan menyebut pernyataan Trump sebagai “kebohongan yang sangat kentara”.

Konflik ini kemudian merembet ke ranah pribadi. Dalam unggahan berikutnya, Musk membuat pernyataan kontroversial, menyebut Trump mungkin terlibat dalam dokumen rahasia terkait Jeffrey Epstein tanpa menyertakan bukti.

“Saatnya menjatuhkan bom besar. Trump ada dalam berkas Epstein. Itu sebabnya dokumen-dokumen itu belum dipublikasikan,” tulis Musk.

Musk bahkan mendukung wacana pemakzulan Trump dan menyarankan agar Wakil Presiden JD Vance menggantikan posisinya.

“Tandai postingan ini. Kebenaran akan terungkap,” tambahnya.

Trump membalas melalui platform Truth Social, mengklaim bahwa dialah yang memecat Musk dari jabatannya sebagai penasihat khusus.

Dengan nada sinis, Musk menjawab, “Sangat menyedihkan. Kebohongan yang kentara.”

Konflik antara dua tokoh berpengaruh ini menjadi sorotan publik dan media, terutama karena keduanya sebelumnya dikenal sebagai sekutu strategis.

Pertikaian ini mengungkap dinamika kekuasaan, ambisi, dan ego yang kini mengguncang hubungan mereka, sekaligus menarik perhatian dunia terhadap perkembangan politik di Amerika Serikat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *