Diksi “Pendudukan” Ottoman Dihapus Dari Kurikulum Baru Suriah
Jakarta – Pemerintahan de facto Suriah mulai mengubah kurikulum pendidikan nasional mereka pasca runtuhnya rezim Bashar Al Assad. Perubahan paling mencolok adalah penghapusan istilah “Pendudukan Ottoman” dari buku sejarah.
Kementerian Pendidikan Suriah memperkenalkan kurikulum baru untuk merestrukturisasi pendidikan dan mencerminkan perspektif sejarah yang seimbang.
Salah satu di antara sekian perubahan yang terjadi adalah merevisi beberapa frasa kontroversial, dengan tujuan menyelaraskan konten dengan nilai-nilai dan sikap ideologis pemerintahan baru.
Anak-anak Suriah sebelumnya dikenalkan dengan istilah “Pendudukan Ottoman” yang mengonotasikan bangsa Turki sebagai penjajah. Saat ini, istilah tersebut diganti dengan “Administrasi Ottoman”.
Baca juga: Al Shara: Pemerintahan Transisi Suriah Bisa Berlangsung 4 Tahun
Hal lain yang turut mendapat sentuhan perubahan adalah frasa tentang pengorbanan untuk tanah air diubah ke arah yang lebih religius, dan “Persaudaraan Manusia” menjadi “Persaudaraan Iman.”
Perubahan ini dinilai lebih dari sekadar istilah, melainkan mencerminkan nilai-nilai ideologis dan religius yang mendalam.
Selain itu gambar-gambar keluarga Assad juga dihilangkan dari buku sekolah dan salam secara islam diadaptasi di sekolah-sekolah.
Langkah ini selain disambut baik publik Turki, namun juga mencerminkan sikap positif dalam membangun hubungan regional di kawasan.
Lebih jauh, perubahan kurikulum ini menunjukkan upaya menghapus jejak Baathisme dan mendefinisikan ulang identitas sejarah serta budaya Suriah.
Reformasi ini juga sejalan dengan pergeseran religius dan ideologis yang lebih luas di bawah pemerintahan baru.