Berita Ekonomi Otomotif

BYD Gempur Pasar Mobil China dengan Diskon Sampai 34 Persen

  • June 10, 2025
  • 3 min read
BYD Gempur Pasar Mobil China dengan Diskon Sampai 34 Persen

Produsen mobil asal China kini sedang agresif melakukan perang harga, menawarkan diskon besar-besaran untuk beberapa model mobil listrik dan hibrida, bahkan mencapai 34 persen. Langkah ini dipicu oleh persaingan ketat di pasar otomotif China.

Contohnya BYD Seal yang didiskon bila dirupiahkan, jadi 352 juta kini hanya 252 juta saja. Belum lagi BYD Seagull dari 150 juta menjadi 125 juta jika dirupiahkan.

Pekan lalu, BYD, salah satu raksasa otomotif dari China, meluncurkan gelombang potongan harga untuk berbagai modelnya. Beberapa model mengalami pemangkasan harga hingga hampir sepertiga, sebagai strategi merebut pangsa pasar yang semakin ramai.

Perang harga ini bukan hanya flat diskon, tetapi juga dipicu oleh persaingan di ranah kendaraan listrik—segmen yang tumbuh cepat di China. Dengan banyaknya merek baru bermunculan, termasuk merek dalam negeri dan kerjasama internasional, diskon jadi senjata utama menarik konsumen.

Insentif besar seperti ini telah menimbulkan kekhawatiran dari pelaku industri otomotif. Mereka menilai pemangkasan harga secara drastis bisa mengganggu stabilitas industri dan menciptakan kompetisi tidak sehat, terutama bagi produsen lokal di Indonesia yang semakin banyak memasukkan model mobil listrik China .

Di Indonesia sendiri, sejumlah merek mobil China mulai bermunculan, beberapa bahkan merakit lokal untuk menekan harga jual. Diskon besar di pasar China memberi sinyal akan kemungkinan tren pendistribusian model serupa di pasar domestik, memaksa produsen lain berinovasi.

Contoh nyata kompetisi memanas terlihat pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025. Di sana banyak merek mobil China yang memperkenalkan model baru, termasuk BYD Sealion 7 dan Jaecoo J5 EV. Kehadiran mereka semakin mengintensifkan persaingan harga di pasar lokal.

Buyer advantage dari diskon besar ini tentu bisa dirasakan langsung konsumen. Di satu sisi, harga jual turun drastis, tapi di sisi lain, muncul kekhawatiran soal kualitas distribusi dan layanan after-sales, seiring masuknya merek baru yang biasanya memiliki infrastruktur terbatas.

Para ahli menyoroti bahwa strategi “diskon gila-gilaan” tersebut berpotensi menekan margin keuntungan, bahkan memicu restrukturisasi harga di seluruh rantai produksi. Ini berdampak pada manifold supplier dan komponen dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Kondisi ini mirip dengan fenomena sebelumnya saat pemerintah Indonesia menerapkan diskon PPnBM bagi mobil baru, yang sempat memicu lonjakan permintaan dan kompetisi harga. Kini, giliran pasar China yang memberikan tekanan harga kepada pelaku industri otomotif global .

Meski begitu, konsumen Indonesia bervariasi responsnya. Beberapa menyambut antusias diskon ini, sementara yang lain berhati-hati, mempertanyakan jaminan pembelian, servis, hingga suku cadang. Validation publik dan review independen kini menjadi aspek penting sebelum memutuskan membeli.

Dengan persaingan harga mobil China yang kian memanas, pelaku domestik—baik produsen mobil lokal, agen tunggal, maupun pemerintah—dituntut merumuskan strategi adaptif. Mulai dari peningkatan kualitas layanan, perluasan infrastruktur charging, hingga kebijakan fiskal yang mendukung di era mobil listrik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *