JAKARTA – Badan Gizi Nasional (BGN) mendorong pemanfaatan urban farming sebagai alternatif pemenuhan bahan baku Makan Bergizi Gratis (MBG) di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, di mana lahan terbatas dan biaya produksi tinggi.

Langkah ini diharapkan dapat mendukung produksi lokal yang aman dan sehat, sekaligus menghidupkan ekonomi masyarakat setempat.

Direktur Tata Kelola Pemenuhan Gizi BGN, Sitti Aida Adha Taridala, menekankan bahwa program MBG idealnya mengandalkan bahan pangan dari produksi lokal semaksimal mungkin.

“Para kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) perlu memahami aspek ketahanan pangan di setiap daerah. Dengan produksi lokal, ekonomi daerah terhidupkan, masyarakat mendapat kesempatan kerja dan berusaha,” ujarnya di kawasan Jakarta Utara, Sabtu (1/12/2025).

Direktur Tata Kelola Pemenuhan Gizi Badan Gizi Nasional, Sitti Aida Adha Taridala usai acara Sosialisasi Kebijakan Sistem dan Tata Kelola Program MBG di kawasan Jakarta Utara, Sabtu (1/11/2025). (Dok. Badan Gizi Nasional/HO)

Namun, ia mengakui, di kota besar seperti Jakarta yang bukan produsen utama bahan pangan primer pertanian, produksi lokal sering kali mahal karena keterbatasan lahan.

“Lahan mahal dan terbatas, sehingga bahan pangan umumnya didatangkan dari luar daerah. Dalam konsep ekonomi, ini tidak masalah karena mendatangkan dari luar lebih murah sesuai teori perdagangan,” jelas Sitti.

Untuk itu, Sitti menilai, secara tidak langsung BGN mendorong urban farming sebagai solusi untuk pemenuhan bahan baku di kota besar seperti Jakarta.

“Di Jakarta, dengan lahan minimalis, kita bisa manfaatkan vertical farming atau rooftop. Komoditas utamanya sayur-sayuran organik, sangat cocok untuk MBG,” katanya.

Ia menambahkan, program MBG mengharapkan pengelolaan pangan yang baik tanpa pestisida atau insektisida buatan yang berbahaya bagi penerima manfaat.

SPPG pun, menurutnya tidak diwajibkan mengelola urban farming sendiri, melainkan berperan sebagai pembeli.

“Masyarakat sekitar, seperti kelompok tani (Gapoktan) yang punya potensi lahan vertikal, dimanfaatkan semaksimal mungkin,” ungkap Sitti.

Ia menegaskan, BGN tidak secara langsung membentuk kelompok tani, tetapi akan berkolaborasi dengan berbagai kementerian dan lembaga yang memiliki tugas untuk mendorong masyarakat membentuk kelompok tani.

“Kami bekerja sama dengan instansi yang punya perpanjangan tangan di daerah untuk mendorong produksi pangan aman dan sehat sebagai bahan baku SPPG di seluruh Indonesia,” tuturnya.

Diketahui, Badan Gizi Nasional tengah gencar melakukan sosialisasi kepada SPPG sebagai penyedia makanan untuk program Makan Bergizi Gratis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *