Ekonomi

BATA Hentikan Produksi Sepatu di Indonesia Setelah 93 Tahun

  • October 10, 2025
  • 2 min read
BATA Hentikan Produksi Sepatu di Indonesia Setelah 93 Tahun BATA. (Dok. Bata)

JAKARTA – PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menghentikan kegiatan usaha di bidang industri alas kaki untuk kebutuhan sehari-hari. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk mengalihkan fokus bisnis ke sektor lain, termasuk e-commerce.

Keputusan penghentian produksi sepatu ini disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 25 September 2025. Rapat tersebut dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili 82,02 persen atau setara dengan 1,06 miliar saham dari total saham dengan hak suara sah.

“Menyetujui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan untuk menghapus kegiatan usaha industri alat kaki untuk kebutuhan sehari-hari,” tulis ringkasan risalah RUPSLB yang dikutip dari keterbukaan, dikutip Jumat (10/10/2025).

RUPSLB juga menyetujui penyusunan ulang seluruh ketentuan dalam Anggaran Dasar Perseroan serta memberikan kuasa kepada Direksi untuk menindaklanjuti perubahan tersebut kepada instansi berwenang.

Langkah ini menandakan perubahan besar dalam arah bisnis BATA, yang selama puluhan tahun dikenal sebagai salah satu produsen sepatu ternama di Indonesia.

Jejak Panjang BATA di Indonesia

BATA memulai perjalanannya di Indonesia pada 1931 melalui kerja sama dengan NV Netherlandsch-Indisch sebagai importir sepatu di Tanjung Priok. Enam tahun kemudian, pendiri perusahaan, Tomas Bata, mendirikan pabrik di Kalibata, Jakarta Selatan, dan memulai produksi sepatu lokal pada 1940.

Perusahaan ini resmi tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) pada 24 Maret 1982. BATA juga mengoperasikan pabrik di Purwakarta, Jawa Barat, sejak 1994, namun operasionalnya dihentikan pada 30 April 2024.

Corporate Secretary PT Sepatu Bata Tbk, Hatta Tutuko, menjelaskan bahwa penutupan pabrik di Purwakarta disebabkan oleh penurunan permintaan terhadap produk yang dihasilkan.

“Kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia,” kata Hatta dalam keterangan resmi, Sabtu (4/5/2024)

Berdasarkan laporan keuangan semester I 2025, BATA mencatat rugi bersih sebesar Rp 40,62 miliar, lebih rendah dibandingkan kerugian Rp 127,43 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, penjualan bersih perusahaan turun signifikan sebesar 38,74 persen, dari Rp 260,29 miliar menjadi Rp 159,43 miliar.

Total aset perusahaan juga menurun menjadi Rp 377,98 miliar per akhir Juni 2025, dari Rp 405,66 miliar pada akhir 2024. Sementara itu, total liabilitas tercatat sebesar Rp 434,53 miliar dengan ekuitas Rp 56,54 miliar.

Perubahan strategis ini menjadi langkah besar bagi BATA untuk menyesuaikan diri dengan dinamika pasar dan memperkuat posisi keuangan di tengah tantangan industri yang terus berkembang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *