Rujak Hari Ini: Bursa Calon Kapolri Pengganti Listyo Sigit

JAKARTA – Isu pergantian Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo semakin memanaskan jagat politik dan keamanan nasional. Meski Istana dan DPR membantah adanya rencana resmi pergantian Kapolri, isu ini tetap menguat, terlebih dengan adanya desakan kuat dari sejumlah pihak, termasuk masyarakat sipil dan aktivis, untuk mereformasi tubuh Polri.
Dinamika di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto membuat posisi pucuk pimpinan Korps Bhayangkara menjadi sorotan. Nama-nama jenderal bintang tiga seperti Komjen Dedi Prasetyo, Komjen Suyudi Ario Seto, Komjen Syahardiantono, dan Komjen Rudy Heriyanto Adi Nugroho mencuat sebagai kandidat kuat pengganti Listyo Sigit.
Siapa mereka, dan apa yang membuat mereka layak masuk bursa?
Isu pergantian Kapolri yang menguat
Wacana pergantian Kapolri bukan hal baru. Sejak beberapa pekan terakhir, desakan masyarakat sipil, aktivis, hingga sejumlah tokoh politik menggema, meminta pembaruan di tubuh Polri. Aksi massa menyoroti sejumlah kasus yang dianggap mencoreng citra kepolisian, mulai dari dugaan pelanggaran hukum hingga kebutuhan reformasi struktural.
Pertemuan Presiden Prabowo dengan tokoh Gerakan Nurani Bangsa (GNB) pada 11 September 2025 menjadi salah satu pemicu munculnya spekulasi bahwa Listyo Sigit bakal digantikan sebelum masa jabatannya berakhir.
Siapa saja nama-nama di bursa calon Kapolri?
Meski DPR dan Mensesneg Prasetyo Hadi sudah menegaskan belum ada surat presiden (surpres) resmi terkait pergantian Kapolri, isu ini terus bergulir di publik, didorong oleh desakan reformasi Polri yang kian kencang. Keempat jenderal yang disebut memiliki rekam jejak mentereng, namun masing-masing membawa keunggulan dan tantangan sendiri. Mari kita bedah satu per satu.
Komjen Dedi Prasetyo
Komjen Dedi Prasetyo, saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia, menjadi salah satu nama yang paling sering disebut. Lahir di Magetan, Jawa Timur, pada 26 Juli 1968, Dedi adalah lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1990. Kariernya di Polri terbilang cemerlang, dengan pengalaman di berbagai lini, mulai dari reserse, intelijen, hingga humas.
Sebelum menjadi Wakapolri pada 16 Agustus 2025, menggantikan Komjen Ahmad Dofiri yang memasuki masa pensiun, Dedi pernah menjabat sebagai Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri, Kepala Divisi Humas Polri, hingga Kapolda Kalimantan Tengah. Ia dikenal dekat dengan media dan publik, sering menjadi juru bicara Polri di masa-masa krusial. Kedekatannya dengan Kapolri Listyo Sigit menjadikannya figur yang dipandang memiliki kontinuitas visi dengan kepemimpinan saat ini.
Namun, justru kedekatan ini bisa menjadi pedang bermata dua. Sebagian pihak menilai Dedi terlalu terkait dengan dinamika Polri saat ini, yang mendapat kritik publik. Meski begitu, pengalamannya yang luas dan kemampuan komunikasinya menjadi nilai tambah besar.
Komjen Suyudi Ario Seto
Nama Komjen Suyudi Ario Seto mencuri perhatian sebagai kandidat kuat lainnya. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) ini adalah lulusan Akpol 1994, angkatan Batalyon Tunggal Panaluan, dan menjadi yang pertama dari angkatannya menyandang pangkat Komisaris Jenderal.
Lahir di Jakarta pada 14 Juli 1973, Suyudi baru saja naik pangkat menjadi jenderal bintang tiga pada 12 September 2025, bersamaan dengan kabar pergantian Kapolri.
Suyudi memiliki pengalaman panjang di bidang reserse dan intelijen. Ia pernah menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kapolres Bogor Kota, hingga Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus dan Siber di Bareskrim Polri.
Penunjukannya sebagai Kepala BNN pada 25 Agustus 2025 dianggap sebagai langkah strategis, mungkin untuk mempersiapkannya memimpin Polri. Banyak yang menilai Suyudi membawa semangat pembaruan, dengan rekam jejak yang bersih dan visi modernisasi kepolisian.
Sebagai putra asli Pandeglang, Banten, Suyudi juga menjadi kebanggaan lokal, yang mungkin memberi nilai tambah secara politik. Namun, usianya yang relatif muda dan pengalaman di posisi puncak yang lebih singkat dibandingkan Dedi bisa menjadi tantangan.
Komjen Syahar Diantono
Komjen Syahar Diantono, Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri sejak 5 Agustus 2025, juga masuk dalam bursa calon Kapolri. Lulusan Akpol 1991 ini memiliki karier yang menanjak pesat, terutama di bidang reserse dan intelijen. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Bareskrim, Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam), hingga Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Polri sebelum menjadi Kabareskrim.
Syahardiantono dikenal sebagai figur yang tegas dan berintegritas, dengan pengalaman menangani kasus-kasus besar di Bareskrim. Namun, namanya kurang populer dibandingkan Dedi atau Suyudi di kalangan publik, yang mungkin menjadi kelemahan dalam konteks politik.
Meski begitu, rekam jejaknya menunjukkan kapasitas kepemimpinan yang kuat, terutama dalam penegakan hukum. Pengalamannya di berbagai posisi strategis menjadikannya kandidat yang tak bisa dianggap remeh.
Komjen Rudy Heriyanto Adi Nugroho
Nama Komjen Rudy Heriyanto Adi Nugroho cukup mengejutkan dalam bursa ini. Saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Rudy adalah perwira tinggi Polri yang “dipinjam” ke kementerian.
Dari keempat nama yang ada, hanya Rudy yang bukan lulusan Akpol. Ia merupakan lulusan Sekolah Perwira Polri tahun 1993. Meski begitu, Rudy memiliki pengalaman di bidang reserse dan pengamanan, dengan sejumlah posisi penting seperti Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Polri, Kadiv Hukum Polri dan Kapolda Banten.
Keberadaan Rudy di KKP menunjukkan fleksibilitasnya dalam menangani tugas di luar ranah kepolisian, yang bisa menjadi nilai tambah untuk membawa perspektif baru ke Polri. Namun, posisinya yang saat ini tidak berada di struktur utama Polri mungkin membuatnya kurang diunggulkan dibandingkan tiga nama lainnya. Meski begitu, pengalamannya yang luas dan kedekatan dengan pemerintahan Prabowo menjadikannya kuda hitam dalam bursa ini.
Dinamika pergantian Kapolri
Keempat kandidat ini memiliki keunggulan masing-masing, namun tantangan yang dihadapi juga besar. Publik menuntut Kapolri baru yang mampu membawa reformasi, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan menangani isu-isu krusial seperti penegakan hukum yang adil dan profesionalisme kepolisian.
Desakan reformasi Polri yang kian menguat menambah tekanan bagi siapapun yang akan terpilih. Presiden Prabowo, yang dikenal tegas dalam pengambilan keputusan, kemungkinan mempertimbangkan faktor usia, pengalaman, dan visi reformasi dalam menentukan pilihan.
Bantahan dari Istana dan DPR terkait surpres pergantian Kapolri menunjukkan bahwa proses ini masih dalam tahap spekulasi. Namun, menguatnya isu ini mencerminkan betapa pentingnya posisi Kapolri dalam menjaga stabilitas nasional. Apakah Dedi Prasetyo dengan pengalamannya yang matang, Suyudi Ario Seto dengan semangat pembaruannya, Syahar Diantono dengan ketegasannya, atau Rudy Heriyanto dengan perspektif luar Polri yang akan terpilih? Publik menanti langkah konkret dari Istana.