Boy Rafli Amar Ungkap Ciri Awal Potensi Terorisme, Tak Mau Hormat Bendera Merah Putih Salah Satunya

JAKARTA – Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Boy Rafli Amar, memaparkan pandangannya mengenai definisi terorisme dan ciri-ciri awal yang dapat menjadi benih potensi terorisme di Indonesia.
Dalam podcast YouTube Hendri Satrio Official, ia menjelaskan bahwa terorisme bukan hanya tindakan kriminal biasa, melainkan kejahatan spesialis yang diatur secara khusus oleh undang-undang di Indonesia.
“Terorisme adalah tindakan atau ancaman kekerasan yang berdampak, menimbulkan keresahan, kecemasan, hingga korban jiwa, yang dilakukan secara sistematis untuk tujuan tertentu,” ujar Boy Rafli Amar dalam wawancara tersebut.
Ia menjelaskan bahwa tujuan terorisme sering kali berkaitan dengan hasrat politik, seperti keinginan untuk berkuasa, mengganti dasar negara, atau menghadirkan keyakinan baru.
Ciri Awal Potensi Terorisme
Boy Rafli juga menyoroti ciri-ciri awal yang dapat menjadi indikator seseorang atau kelompok berpotensi menjadi teroris. Salah satu ciri utama adalah sikap intoleran terhadap nilai-nilai kebangsaan.
“Kelompok yang menunjukkan intoleransi terhadap nilai-nilai kebangsaan, seperti tidak menghormati bendera Merah Putih, bisa menjadi bibit terorisme,” tegasnya.
Menurut Boy, sikap intoleran ini sering kali berasal dari lemahnya wawasan kebangsaan.
“Anak-anak muda yang tidak memahami wawasan kebangsaan bisa menjadi ‘orang asing’ di negaranya sendiri. Merah Putih adalah lambang perjuangan leluhur yang telah mengorbankan ribuan jiwa untuk mempertahankan negara. Menolak menghormatinya menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan,” paparnya.
Dari Intoleransi ke Radikalisme
Boy Rafli menjelaskan bahwa perjalanan dari intoleransi menuju terorisme biasanya melewati tahap radikalisme. “Intoleransi bisa berkembang menjadi radikalisme, baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan kekerasan, seperti ancaman atau pembunuhan. Ini adalah unsur-unsur terorisme,” katanya.
Ia juga menegaskan pentingnya membedakan nilai-nilai kebangsaan dengan nilai-nilai agama agar tidak terjadi konflik pemahaman. “Jangan mengadu-adu nilai kebangsaan dengan nilai agama. Itu berbeda,” tambahnya.
Pentingnya Wawasan Kebangsaan
Boy Rafli menekankan bahwa wawasan kebangsaan menjadi kunci untuk mencegah munculnya bibit terorisme, terutama di kalangan generasi muda. Meskipun terkesan kuno, wawasan kebangsaan tetap relevan untuk membentuk identitas dan rasa cinta terhadap negara. “Kalau anak muda tidak paham wawasan bangsanya, mereka rentan terpengaruh ideologi yang bertentangan dengan negara,” pungkasnya.
Pemerintah dan masyarakat diminta untuk terus memperkuat edukasi kebangsaan guna mencegah berkembangnya intoleransi dan radikalisme yang dapat mengarah pada aksi terorisme.