Hensa: Gibran Sowan ke Try Sutrisno Itu Bagus, Tapi What’s Next?

JAKARTA – Analis komunikasi politik Hendri Satrio (Hensa) menyoroti momen Wakil Presiden ke-14 Gibran Rakabuming Raka mengantarkan undangan acara HUT ke-80 RI ke Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno pada Rabu (13/8/2025).
Hensa melihat, langkah Gibran mengantarkan langsung undangan acara tersebut merupakan hal baik. Momen Gibran melepas sepatu hingga memberikan salam hormat pun menurutnya menunjukkan bahwa Gibran sedang memperlihatkan sopan santunnya kepada pendahulunya.
“Itu bagus, Gibran juga sedang menunjukkan sopan santun kepada pendahulunya, tapi what’s next?,” kata Hensa kepada wartawan.
Namun, Hensa menekankan pentingnya melanjutkan gestur ini dengan langkah-langkah lanjutan yang lebih jelas, agar dapat membuktikan kapasitasnya sebagai wakil presiden.
Menurutnya, sopan santun semata bisa terlihat sebagai permukaan belaka jika tidak diikuti oleh aksi nyata, terutama di tengah ekspektasi tinggi masyarakat terhadap wakil presiden muda yang sering dipertanyakan pengalamannya.
“Rakyat tak butuh cuma hormat-hormatan, tapi bukti bahwa wakil presiden ini bisa bawa gebrakan, makanya ia perlu belajar,” kata Hensa.
Meski disebutkan bahwa obrolan Gibran dan Try Sutrisno membicarakan banyak hal soal kebangsaan hingga menerima wejangan, Hensa menilai rakyat sedang menunggu gebrakan Gibran yang lebih dari hal itu.
Menurutnya, masyarakat ingin bukti bahwa Gibran bukan hanya mewarisi jabatan, tapi juga mampu mengembangkannya.
“Gibran ini tidak cukup cuma sowan dan dikasih wejangan, tapi juga belajar. Belajar juga tak cukup dari Try Sutrisno, tapi dari wakil presiden yang lain yang masih ada,” kata Hensa.
Hensa menilai, Gibran bisa meningkatkan kualitas diri dengan belajar dari para pendahulunya. Hal ini juga bisa sekaligus menjawab keraguan publik akan kapasitas Gibran sebagai wakil presiden.
Hensa pun berpendapat bahwa strategi ini bisa jadi cara untuk membangun jaringan dan legitimasi.
“Kalau dia belajar semisal dengan Boediono terkait ekonomi, atau dengan JK atau Ma’ruf Amin, ini tak hanya ia mendapatkan pengetahuan, tapi membuat dia juga sekaligus sejajar dengan para pendahulunya,” kata Hensa.
Untuk itu, Hensa berharap bahwa momen Gibran sowan seperti ini tak hanya berhenti di Try Sutrisno saja.
“Jangan biarkan sowan ini dianggap sebagai alat meredam isu pemakzulan terhadap dirinya, tapi jadikan momentum untuk buat gebrakan yang bikin rakyat tersenyum lebar, bukan cuma mengangguk-angguk,” pungkas Hensa.