Maman Suherman: Kebijakan Tanpa Riset Matang Bikin Rakyat Marah

JAKARTA – Penulis Maman Suherman menyoroti pemerintah yang kerap membuat kebijakan tanpa keterlibatan atau memerhatikan masyarakat.
Menurutnya, selama ini pemerintah kerap menjadikan masyarakat sebagai alat tes atau tolak ukur keberhasilan suatu kebijakan. Hal ini, menurut Maman, membuat masyarakat akhirnya geram dan protes melalui macam-macam cara.
Ia mencontohkan fenomena kemunculan bendera One Piece yang belakangan ini viral di media sosial sebagai simbol protes masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Maman melihat, fenomena ini mencerminkan ketidakpuasan publik atas pendekatan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan publik.
“Kita dijadikan alat tes terus ya, (pemerintah) sebarin virus (kebijakan publik), masyarakat kuat, kita (pemerintah) lanjut, kalau masyarakat lemah, kita (pemerintah) tarik lagi dan kita bilang ‘bukan gue yang menyebarkan virus’,” ujar Maman dalam podcast YouTube Hendri Satrio Official.
Maman menilai pendekatan ini berbahaya karena kebijakan yang dikeluarkan sering kali tidak melalui proses riset yang matang.
“Kemana think tank kita? Kemana orang-orang risetnya pemerintah? Seharusnya, sebelum kebijakan dilempar ke publik, sudah dipikirkan dengan matang,” lanjutnya.
Ia menyoroti dampak kebijakan yang sering berubah-ubah, seperti tiba-tiba ditarik, diblokir, atau dibuka kembali, yang dinilainya membingungkan masyarakat.
“Enak banget ya, kita ini jadi kayak pen=rcobaan terus,” tegas Maman.
Menurutnya, perlakuan ini dapat memicu kemarahan masyarakat, yang kemudian diekspresikan secara simbolik salah satunya melalui bendera One Piece.
Untuk itu, Maman mengajak pemerintah untuk lebih bijaksana dalam merumuskan kebijakan agar tidak memicu keresahan di kalangan masyarakat.
“Kalau sampai timbul kemarahan yang sifatnya simbolik dengan bendera One Piece, itu yang harus diintrospeksi. Jangan-jangan karena perlakuan kami yang selalu menjadikan rakyat ini sebagai kelinci percobaan,” tuturnya.