Harga Emas Dunia Anjlok 2 Persen ke Level Terendah Dua Minggu

JAKARTA – Harga emas dunia mengalami penurunan signifikan sebesar 2 persen, mencapai level terendah dalam dua minggu pada penutupan perdagangan Selasa (24/6/2025) waktu setempat atau Rabu (25/6/2025) pagi WIB.
Penurunan ini dipicu oleh meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah pengumuman gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Mengutip Reuters, harga emas di pasar spot turun 1,4 persen ke level 3.319,96 dollar AS per ons, setelah pada sesi sebelumnya anjlok lebih dari 2 persen ke level terendah sejak 9 Juni 2025.
Sementara itu, harga emas berjangka Comex New York Exchange merosot 1,8 persen ke level 3.333,9 dollar AS per ons.
“Penurunan ketegangan di Timur Tengah merupakan faktor utama yang membebani emas. Permintaan aset safe haven telah berkurang,” kata Peter Grant, Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam Senior Zaner Metals.
Meski demikian, Grant memperkirakan harga emas masih cukup resilien untuk bertahan di kisaran 3.300-an dollar AS per ons, dengan kemungkinan terburuk menyentuh level 3.250 dollar AS per ons.
Pengumuman gencatan senjata Iran-Israel memicu pergeseran minat pelaku pasar dari aset safe haven seperti emas menuju aset berisiko seperti saham. Pasar saham global melonjak pada perdagangan Selasa, seiring optimisme terhadap potensi penyelesaian konflik.
Namun, pasar tampaknya mengabaikan pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyebut kedua negara telah melanggar gencatan senjata hanya beberapa jam setelah pengumuman.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Selasa, menyatakan telah memerintahkan militer untuk melancarkan serangan baru ke target di Teheran sebagai respons atas dugaan pelanggaran gencatan senjata.
“Ada beberapa pertanyaan tentang apakah gencatan senjata ini akan bertahan sampai benar-benar (perang) diselesaikan, saya pikir penurunan (untuk emas) mungkin cukup terbatas,” tambah Grant.
Selain faktor geopolitik, kebijakan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), juga memengaruhi pergerakan harga emas.
Ketua The Fed, Jerome Powell, pada Selasa mengatakan bahwa bank sentral membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengevaluasi dampak kebijakan tarif Trump terhadap inflasi sebelum mempertimbangkan pemotongan suku bunga.
Pernyataan ini mengindikasikan The Fed tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Pasar kini mengantisipasi penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada akhir tahun, kemungkinan dimulai dengan pemotongan 25 basis poin pada Oktober.
Seperti diketahui, emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung kurang menarik bagi investor ketika suku bunga tinggi, karena instrumen seperti obligasi dan saham menawarkan imbal hasil.
Sebaliknya, ketika suku bunga rendah, emas menjadi lebih diminati karena imbal hasil dari instrumen lain menurun.