Hensa: Pertemuan Prabowo-Try Sutrisno Redakan Sementara Isu Pemakzulan Gibran

JAKARTA – Analis komunikasi politik Hendri Satrio menyoroti pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan mantan Wakil Presiden Try Sutrisno dalam acara halalbihalal purnawirawan TNI.
Menurutnya, momen ini menjadi kesempatan Try Sutrisno menyampaikan aspirasi dari para purnawirawan TNI, termasuk usulan kontroversial soal pergantian Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Pertemuan itu juga menjadi sorotan lantaran Try Sutrisno, sebagai salah satu penandatangan usulan purnawirawan yang dibuat oleh Forum Purnawirawan TNI-Polri, hadir dengan legitimasi kuat sebagai mantan wakil presiden.

“Beliau jadi titik poin karena posisinya terhindar dari tuduhan seperti jenderal sakit hati,” ujar Hensa dalam YouTube Hendri Satrio Official.
Melalui pertemuan ini, Prabowo mendapat kesempatan mendengar langsung aspirasi tersebut, yang menurut Hensa, setara dengan forum formal untuk menyampaikan pesan kepada presiden.
Dengan adanya dialog langsung antara Prabowo dan Try Sutrisno, pesan dari purnawirawan bisa sampai tanpa bias, sekaligus menunjukkan keterbukaan presiden terhadap aspirasi kelompok berpengaruh ini.
“Dalam ilmu komunikasi, ada istilah noise atau gangguan. Jika usulan purnawirawan TNI ini terkena noise, pesannya bisa terdengar seperti TNI mengusulkan pemakzulan wapres, yang menurut saya salah, makanya usulan ini tetap menjadi penting untuk didengarkan,” kata Hensa.
Jalan menuju pemakzulan tidaklah sederhana
Soal usulan pemakzulan Wakil Presiden Gibran, yang menjadi poin kedelapan dari delapan usulan purnawirawan, Hensa menegaskan bahwa jalan menuju pemakzulan tidaklah sederhana.
“Saya berkali-kali bilang, aspirasi untuk memakzulkan wapres itu tidak mudah. Ada syarat pelanggaran berat dalam undang-undang, seperti pengkhianatan, dan prosesnya harus sampai ke Mahkamah Konstitusi. Ini ranah legislatif, jalannya panjang dan berliku,” katanya.
Poin lain, kata Hensa, seperti dukungan pembangunan atau penghentian Proyek Strategis Nasional (PSN) mungkin lebih mudah dijawab, tetapi usulan soal Gibran terhambat oleh kerumitan prosedur hukum.
Meski begitu, Hensa menilai pertemuan dengan Try Sutrisno telah menjadi saluran yang efektif untuk menampung aspirasi.
“Yang penting, aspirasi ini sudah disampaikan dan diterima. Isunya tidak lagi liar,” ungkapnya.
Ia bahkan pernah mengusulkan agar DPR mengundang para purnawirawan untuk menyampaikan aspirasi secara resmi.
“Kalau DPR menerima secara formal, mereka biasanya keluarkan rekomendasi atau jawaban. Ini bisa menutup isu agar tidak berkembang liar,” tambahnya.
Lebih jauh, Hensa melihat pertemuan Prabowo dan Try Sutrisno bisa meredakan sementara isu pemakzulan Gibran.
“Pertemuan ini bisa meredekan sementara isu pemakzulan wapres. Aspirasi sudah didengar langsung oleh presiden, dan dengan keterlibatan tokoh sekaliber, Try Sutrisno, isu ini tidak perlu lagi bergulir liar di ruang publik. Pemerintah telah menunjukkan itikad baik, dan para purnawirawan pun mendapat ruang untuk menyampaikan pandangan mereka,” ujarnya.
“Sekarang, bola ada di DPR untuk memberikan respons formal dan ruang bagi purnawirawan TNI jika diperlukan,” pungkasnya.