Ekonomi

Pabrik BYD di Subang Diganggu Ormas

  • April 24, 2025
  • 3 min read
Pabrik BYD di Subang Diganggu Ormas Ilustrasi pabrik kendaraan listrik asal Tiongkok BYD. (Foto: BYD)

JAKARTA – Proyek pembangunan pabrik mobil listrik asal China, BYD, di Kawasan Industri Subang Smartpolitan, Jawa Barat, dilaporkan mengalami gangguan dari organisasi masyarakat (ormas) yang diduga melakukan aksi premanisme.

Kabar ini pertama kali diungkapkan oleh Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, usai kunjungannya ke Shenzhen, China, atas undangan Pemerintah Tiongkok.

Eddy menyampaikan bahwa aksi premanisme yang dilakukan oleh ormas tersebut sempat menghambat progres pembangunan fasilitas BYD di Subang.

“Sempat ada permasalahan terkait premanisme ormas yang mengganggu pembangunan sarana produksi BYD. Pemerintah perlu tegas untuk menangani permasalahan ini, jangan sampai investor merasa tidak mendapatkan jaminan keamanan,” ujar Eddy melalui unggahan video di Instagram, Senin.

Investasi BYD di Subang bernilai US$1 miliar atau sekitar Rp 11,7 triliun, dan diharapkan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Pabrik ini rencananya akan beroperasi mulai Januari 2026, dengan fokus membangun ekosistem kendaraan listrik yang mencakup pusat penelitian, pengembangan, dan fasilitas pelatihan berteknologi ramah lingkungan.

Namun, gangguan ini dikhawatirkan dapat merusak iklim investasi di Tanah Air.

Moeldoko Angkat Suara

Mantan Kepala Staf Presiden, Moeldoko, yang juga Ketua Umum Periklindo, turut menanggapi isu ini. Ia mendesak pemerintah untuk bertindak tegas terhadap aksi premanisme tersebut.

“Saya kira itu harus tegas. Pemerintah perlu tegas untuk menangani permasalahan ini,” tegas Moeldoko.

Moeldoko mengimbau agar semua pihak bisa menjaga iklim investasi agar jumlah pengangguran di Indonesia dapat terus ditekan.

“Kami mengimbau supaya di tengah situasi iklim dunia usaha yang perlu perhatian, maka semua masyarakat Indonesia harus menciptakan iklim investasi yang baik, jangan sampai pengangguran makin banyak,” ungkapnya.

Menurutnya bila gangguan semacam ini terus terjadi, bukan tidak mungkin Indonesia akan ditinggalkan oleh para investor besar dan mengakibatkan jumlah pengangguran semakin besar.

“Kita perlu peluang untuk bekerja, ada orang datang memberikan peluang tapi diganggu sama yang lain, ini tidak benar ini,” tuturnya.

Ia menambahkan bahwa gangguan serupa dialami oleh pabrik VinFast, produsen mobil listrik asal Vietnam yang juga berinvestasi di Subang.

“Saya pernah mendapat laporan, seperti VinFast juga pernah melaporkan ada gangguan-gangguan, namun saya sudah bantu untuk komunikasikan ke wilayah setempat,” terangnya.

Reaksi BYD

Sementara itu, PT BYD Motor Indonesia, melalui Head of Marketing PR and Government Relation, Luther T. Panjaitan, menegaskan bahwa pembangunan pabrik tetap berjalan sesuai jadwal.

“Hingga saat ini, seluruh proses persiapan dan pembangunan pabrik berjalan dengan baik. Kami berkomitmen menyelesaikan pembangunan pada akhir 2025,” ujar Luther.

Ia juga menyatakan bahwa BYD tidak ingin terlibat lebih jauh dengan oknum ormas dan fokus pada komitmen mereka bersama pemerintah Indonesia.

Baca juga: LG Mundur dari Proyek Baterai EV di Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *