Internasional

Peran Israel dalam Melemahkan dan Menggulingkan Rezim Bashar al-Assad di Suriah

  • December 13, 2024
  • 3 min read
Peran Israel dalam Melemahkan dan Menggulingkan Rezim Bashar al-Assad di Suriah

Israel diduga memiliki peran besar dalam melemahkan dan akhirnya menggulingkan rezim Bashar al-Assad di Suriah. Aksi militer Israel, termasuk serangan udara yang menargetkan pasukan Suriah dan Iran, menjadi salah satu faktor utama yang memperlemah kekuatan pemerintah Suriah dalam menghadapi kelompok oposisi bersenjata.

Berdasarkan laporan tahunan oleh Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), lembaga pemantau berbasis di London, Israel melancarkan setidaknya 40 serangan udara ke posisi Iran dan kelompok-kelompok loyalisnya di Suriah selama tahun 2020. Serangan ini dilaporkan menewaskan 215 personel Iran dan pendukungnya, serta merusak lebih dari 130 fasilitas milik Iran di Suriah.

Laporan lain dari The Jerusalem Post pada 30 Maret 2022 mengungkap bahwa dalam periode 2017 hingga 2022, Israel telah melancarkan lebih dari 1.000 serangan udara ke Suriah. Tujuannya adalah menghancurkan fasilitas militer Iran di wilayah tersebut. Serangan ini terus berlangsung, termasuk serangan mematikan pada 1 April 2024 yang menargetkan konsulat Iran di Damaskus, menewaskan 16 anggota Divisi Al-Quds dari Garda Revolusi Iran.

Perubahan kebijakan Israel untuk menggempur Suriah secara intensif terjadi setelah kehadiran militer Iran dan kelompok Hizbullah di Suriah sejak tahun 2013. Kehadiran ini, yang awalnya bertujuan mendukung rezim Assad menghadapi ancaman jatuhnya kekuasaan akibat konflik domestik, dianggap Israel sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya.

Sebelum pecahnya konflik Suriah pada 2011, Israel menganggap rezim Assad tidak menjadi ancaman, terutama karena Assad senior dan junior menghormati kesepakatan gencatan senjata di Dataran Tinggi Golan yang dicapai pada 1974. Namun, situasi berubah drastis setelah Iran dan Hizbullah mulai hadir secara militer di Suriah. Israel kemudian memandang rezim Assad sebagai sekutu strategis Iran, musuh terbesarnya di Timur Tengah.

Setelah kejatuhan rezim Assad pada 8 Desember 2024, Israel meningkatkan serangan udara dengan target gudang senjata strategis milik Suriah. Lebih dari 300 serangan dilaporkan dilakukan untuk mencegah kelompok oposisi bersenjata, yang kini berkuasa di Damaskus, menguasai persenjataan tersebut. Israel mengklaim telah menghancurkan sekitar 80 persen infrastruktur militer Suriah, memastikan negara itu tidak akan menjadi ancaman dalam waktu dekat.

Di Dataran Tinggi Golan, Israel melakukan manuver militer dengan memasuki wilayah penyangga yang sebelumnya diawasi pasukan PBB. Langkah ini memicu kecaman internasional, tetapi Israel memanfaatkan momen tersebut untuk mengirim pesan politik kepada pemerintah baru di Damaskus.

Dari perspektif Israel, kejatuhan rezim Assad adalah pukulan besar bagi Iran dan sekutunya, Hizbullah. Selama ini, Iran mengandalkan Suriah sebagai jalur strategis dalam apa yang disebut “Poros Bulan Sabit,” yaitu jaringan pengaruh Iran yang membentang dari Teheran hingga Lebanon. Kehadiran Iran di Suriah memberikan akses langsung ke Israel, yang membuat Israel merasa terancam.

Serangan udara Israel sejak 2017 secara efektif melemahkan Iran di Suriah, yang secara tidak langsung membantu kelompok oposisi bersenjata menumbangkan rezim Assad. Kejatuhan Assad ini dipandang sebagai kerugian besar bagi Iran, sementara bagi Israel, hal ini memperkuat posisi strategisnya di kawasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *