Biaya Untuk Gaya Hidup Gen Z dan Milenial Perkotaan Meningkat
Gaya hidup Gen Z dan milenial, khususnya di perkotaan, semakin identik dengan kebebasan ekspresi melalui barang-barang bermerek dan aktivitas hiburan yang menyenangkan. Mereka cenderung mengalokasikan pendapatan untuk memenuhi keinginan-keinginan konsumtif, seperti belanja pakaian dan aksesoris dari brand terkenal, mengikuti tren teknologi terbaru, serta bersosialisasi di tempat-tempat hiburan seperti kafe, restoran, dan bioskop. Tren ini didorong oleh kemudahan akses informasi melalui media sosial yang menampilkan gaya hidup ideal, serta semakin maraknya platform e-commerce yang menawarkan diskon dan promosi menarik.
Kebiasaan ini membuat pengeluaran sehari-hari mereka meningkat, sementara pendapatan tetap atau bahkan tidak sebanding dengan lonjakan biaya hidup di kota-kota besar. Akibatnya, banyak dari mereka yang terjebak dalam fenomena “living paycheck to paycheck”, di mana hampir seluruh pendapatan dihabiskan tanpa ada tabungan atau investasi yang signifikan. Kondisi ini menyebabkan kesehatan finansial kaum muda terancam dalam jangka panjang, terutama jika tidak disertai dengan manajemen keuangan yang baik.
Salah satu faktor yang memicu peningkatan pengeluaran adalah tuntutan sosial untuk selalu tampil modis dan up-to-date. Pengaruh dari media sosial, terutama Instagram dan TikTok, memaksa banyak orang muda merasa perlu membeli barang-barang bermerek agar dianggap relevan dalam pergaulan. Mereka sering kali merasa tertekan untuk mengikuti tren yang sedang berkembang, dari mode hingga gadget, meskipun harus mengorbankan dana yang seharusnya dialokasikan untuk kebutuhan lebih penting.
Selain itu, budaya “fear of missing out” (FOMO) juga berperan besar dalam pengeluaran untuk hiburan. Gen Z dan milenial cenderung menghabiskan uang untuk pengalaman, seperti nongkrong di tempat hits, liburan, atau mengikuti acara-acara musik dan festival. Meski memberikan kepuasan jangka pendek, pola konsumsi ini sering kali mengesampingkan kebutuhan untuk menabung atau berinvestasi, yang penting untuk menjamin keamanan finansial di masa depan.
Padahal, seiring bertambahnya usia, kebutuhan finansial akan semakin kompleks. Pembelian rumah, asuransi, dana pensiun, dan investasi untuk jangka panjang adalah beberapa hal yang akan menjadi prioritas. Namun, dengan gaya hidup yang konsumtif, banyak di antara mereka yang gagal mempersiapkan masa depan keuangan yang stabil. Bahkan, beberapa dari mereka akhirnya terjebak dalam utang kartu kredit atau cicilan yang memberatkan.
Hal ini diperburuk oleh kurangnya pendidikan keuangan yang memadai di kalangan kaum muda. Banyak yang tidak memahami pentingnya budgeting, pengelolaan utang, dan investasi sejak dini. Sebagai hasilnya, mereka cenderung hidup untuk saat ini tanpa memikirkan dampak jangka panjang dari pengeluaran yang tidak terkendali. Ketergantungan pada aplikasi “buy now, pay later” (BNPL) juga memperburuk situasi, karena banyak yang terjerumus dalam utang konsumtif yang sulit dilunasi.
Namun, tidak semua Gen Z dan milenial terjebak dalam pola konsumtif ini. Ada sebagian yang mulai sadar akan pentingnya kesehatan finansial dan memilih untuk lebih bijak dalam mengatur pengeluaran. Mereka berusaha mengatur anggaran, menabung, dan bahkan mulai berinvestasi sejak dini. Kehadiran platform investasi online dan aplikasi manajemen keuangan turut membantu generasi ini dalam memahami bagaimana mengelola uang dengan lebih efektif.
Untuk mengatasi ancaman kesehatan finansial yang semakin nyata, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas pendidikan keuangan. Edukasi keuangan sejak dini harus menjadi prioritas, baik melalui kurikulum sekolah maupun seminar dan lokakarya yang terbuka untuk umum. Literasi keuangan yang kuat akan memberikan fondasi bagi kaum muda dalam menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.
Selain itu, penting bagi Gen Z dan milenial untuk mulai mengadopsi mindset “value for money”, di mana mereka memprioritaskan pengeluaran berdasarkan nilai jangka panjang dan bukan sekadar mengikuti tren sesaat. Dengan perencanaan keuangan yang lebih matang, mereka dapat menjaga keseimbangan antara memenuhi keinginan gaya hidup dan memastikan masa depan yang aman secara finansial.
Pada akhirnya, menjaga kesehatan finansial tidak berarti harus mengorbankan seluruh hiburan dan gaya hidup. Dengan manajemen keuangan yang baik dan pengeluaran yang terkontrol, kaum muda masih dapat menikmati hidup sambil mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik. Tantangannya adalah menemukan keseimbangan antara menikmati momen sekarang tanpa mengorbankan kestabilan keuangan jangka panjang.
Rata-rata biaya untuk kebutuhan dasar dan gaya hidup dapat mencapai angka berikut:
- Sewa tempat tinggal: Rp 2 juta – Rp 6 juta per bulan, tergantung lokasi dan tipe hunian.
- Makanan dan minuman: Rp 2 juta – Rp 4 juta per bulan.
- Transportasi: Rp 500 ribu – Rp 1,5 juta per bulan.
- Hiburan dan sosial: Rp 1 juta – Rp 3 juta per bulan.
- Belanja dan kebutuhan lainnya: Rp 1 juta – Rp 3 juta per bulan.
Secara keseluruhan, biaya bulanan bisa berkisar antara Rp 6 juta hingga Rp 15 juta, tergantung pada gaya hidup dan kebiasaan konsumsi individu.