Jakarta – Konflik kepemimpinan di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memasuki babak baru. Zulfa Mustofa resmi ditetapkan sebagai Penjabat (Pj) Ketua Umum PBNU melalui rapat pleno yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa malam (9/12/2025). Namun, penetapan ini langsung ditentang keras oleh Ketua Umum PBNU petahana, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
“Saya berharap dengan ditunjuknya saya dalam forum pleno ini sebagai Pejabat Ketua Umum, ketidakpastian itu selesai,” ujar Zulfa Mustofa usai rapat pleno.
Rapat pleno tersebut dihadiri tokoh-tokoh penting PBNU, termasuk Rais Aam lengkap beserta dua Wakil Rais Aam yang disebut Zulfa sebagai “Tri Tunggal”. Turut hadir pula putri pendiri Nahdlatul Ulama serta perwakilan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dari berbagai daerah.
“Kita lihat di sini hadir semua tokoh-tokoh besar. Rais Aam kita lengkap ditemani dua Wakil Rais Aam. Beliau ini adalah, saya menyebutnya ‘Tri Tunggal’ yang sangat hebat, yang sangat tegar sekali memutuskan apa yang beliau putuskan sampai pada malam hari ini. Kemudian saya ditetapkan sebagai Pejabat Ketua Umum,” kata Zulfa.
Ia menegaskan bahwa kehadiran berbagai elemen tersebut menunjukkan tekad kuat untuk menyatukan kembali Nahdlatul Ulama.
“Ini menunjukkan, selain juga PWNU-PWNU yang hadir duduk di depan ini, bahwa kami semua bertekad, bertekad sungguh-sungguh untuk bersatu. Untuk melanjutkan khidmah jam’iyah di abad keduanya,” sambungnya.
Salah satu rekomendasi yang muncul dari rapat pleno adalah rencana penyelenggaraan acara besar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada 31 Januari 2026. Usulan itu disampaikan langsung oleh Khofifah Indar Parawansa.
“Insyaallah nanti pada tanggal 31 Januari, sebagaimana diusulkan tadi dalam rekomendasi oleh Ibu Dr Khofifah Indar Parawansa, kita akan membuat acara besar di GBK. Dan itu menunjukkan betapa Nahdlatul Ulama sudah kembali pulih normal,” ungkap Zulfa.
Zulfa pun berjanji akan menjalankan amanah sebagai Pj Ketum dengan penuh integritas.
“Saya akan, saya berjanji, saya akan menjalankan amanah ini seadil-adilnya, sebersih-bersihnya, seikhlas-ikhlasnya, dan sesantun-santunnya menjaga keadaban sebagai santri. Karena Tanfidziyah adalah santri. Saya bukan siapa-siapa, saya santri daripada Rais Aam, dan juga santri Syuriyah PBNU,” tegasnya.
Sementara itu, Gus Yahya menegaskan bahwa rapat pleno tersebut tidak sah karena tidak memenuhi aturan organisasi.
“Ini sendiri kan secara aturan tidak bisa disebut pleno,” ujar Yahya Cholil Staquf.
Menurutnya, rapat pleno harus diundang bersama oleh Syuriyah dan Tanfidziyah, bukan hanya oleh Syuriyah saja.
“Yang mengundang hanya Syuriyah, ini tidak bisa, karena harus, pleno itu harus diundang oleh Syuriyah dan Tanfidziyah,” jelas Gus Yahya.
Hingga berita ini diturunkan, dualisme kepemimpinan di tubuh organisasi Islam terbesar di Indonesia itu masih belum menemui titik temu.