JAKARTA – Ekonom dari Bright Institute Yanuar Rizky memperingatkan bahwa tahun 2026 bakal menjadi periode ekonomi mencekam bagi Indonesia, dengan rupiah berpotensi melemah signifikan hingga kisaran Rp18.000 per dolar AS akibat tekanan pasar forward dan ketidakpastian global.
Kelas menengah diproyeksikan makin terjepit karena fenomena “makan tabungan” diikuti lonjakan NPL kartu kredit dan pinjol, sementara pedagang kecil merasakan penurunan daya beli akibat biaya modal yang melonjak. Menurutnya, likuiditas tak berputar karena kelas atas menahan aset di emas dan saham, menghambat transaksi antar kelas yang krusial untuk pertumbuhan.
Pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto dinilai perlu langkah darurat seperti mendorong belanja kelas kaya untuk hindari perang kelas dan gejolak sosial mirip Korea Selatan 1998, di mana kelas menengah bangkit akibat PHK massal dan saham anjlok.
Yanuar pun menyoroti kelemahan Bank Himbara yang butuh suntikan dana karena kredit macet dari proyek infrastruktur, serta RAPBN 2026 yang bergantung utang berisiko gagal bayar seperti kasus Meksiko. Ia juga kritik kebijakan MBG dan Koperasi Merah Putih sebagai inspirasi Orde Baru 1980, tapi kini tanpa surplus APBN.
Simak selengkapnya dalam YouTube channel Hendri Satrio Official.