JAKARTA – Indonesia dan Australia menyepakati perjanjian keamanan baru yang menekankan kerja sama bersama dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.
Kesepakatan ini diumumkan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam pernyataan bersama dengan Presiden Prabowo Subianto di atas Kapal HMAS Canberra, Australia, pada Rabu (12/11/2025).
Albanese menyatakan, pertemuan bilateral tersebut berhasil menyelesaikan negosiasi perjanjian secara substansial, dengan penandatanganan resmi direncanakan pada Januari 2026.
“Pemerintah Australia dan Indonesia baru saja secara substansial menyelesaikan negosiasi mengenai perjanjian bilateral baru tentang keamanan bersama,” kata Anthony dikutip dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Rabu.
Ia menegaskan, hubungan Australia-Indonesia dibangun atas dasar persahabatan, kepercayaan, saling menghormati, serta komitmen bersama terhadap perdamaian dan stabilitas regional.
Perjanjian keamanan baru ini merupakan pengakuan bersama bahwa pendekatan terbaik untuk mengamankan perdamaian adalah melalui tindakan kolektif.
Perjanjian tersebut sebagian besar merujuk pada perjanjian keamanan penting yang ditandatangani era Presiden ke-2 RI Soeharto 30 tahun silam.
Selain itu, perjanjian ini akan dibangun di atas Perjanjian Lombok 2006 yang menegaskan integritas dan kedaulatan wilayah Indonesia.
“Perjanjian ini juga dibangun berdasarkan perjanjian kerja sama pertahanan yang kita tandatangani bersama tahun lalu,” ucap Albanese.
Ke depan, perjanjian ini akan mewajibkan kedua negara untuk menggelar konsultasi rutin di tingkat pemimpin dan menteri terkait isu keamanan.
Konsultasi tersebut bertujuan mengidentifikasi serta melaksanakan kegiatan keamanan yang saling menguntungkan, terutama jika keamanan salah satu atau kedua negara terancam.
Kedua pihak juga akan berkonsultasi dan mempertimbangkan langkah-langkah individu maupun bersama untuk menghadapi ancaman tersebut.
Menurut Albanese, perjanjian ini menjadi kelanjutan signifikan dari kerja sama keamanan dan pertahanan yang telah terjalin antara Indonesia dan Australia.
“Saya berharap dapat berkunjung ke Indonesia pada bulan Januari tahun depan atas undangan Presiden untuk menandatangani perjanjian baru secara resmi setelah melalui proses domestik kita,” jelas Albanese.
Sementara itu, Prabowo menilai kunjungannya ke Australia telah menghasilkan kesepakatan penting di bidang keamanan bilateral.
Indonesia, lanjut Prabowo, berkomitmen mempererat kerja sama di sektor pertahanan dan keamanan.
Hal ini semakin relevan mengingat Australia merupakan tetangga dekat Indonesia, sehingga perjanjian ini memperkuat tekad untuk meningkatkan persahabatan.
Prabowo kemudian merujuk pada budaya bertetangga di Indonesia, di mana masyarakat sering mengutip pepatah bahwa tetangga lah yang pertama kali membantu saat darurat.
“Saya telah berulang kali menekankan bahwa kita tidak dapat memilih tetangga kita, terutama negara-negara seperti kita. Sudah menjadi takdir kita untuk menjadi tetangga langsung. Jadi, marilah kita hadapi takdir kita dengan niat terbaik,” tandas Prabowo.