Wamen PPPA: Kota Tua Jakarta Harus Kembali Jadi Ruang Publik yang Hidup dan Inklusif
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan. (Foto: Istimewa) JAKARTA — Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA) Veronica Tan berharap revitalisasi kawasan Kota Tua Jakarta dapat mengembalikan fungsinya sebagai ruang publik yang inklusif, ramah, dan hidup bagi masyarakat.
Ia menekankan, kawasan bersejarah itu seharusnya tidak hanya difungsikan sebagai pusat mobilitas atau destinasi wisata, tetapi juga menjadi ruang bagi tumbuhnya kreativitas, kebahagiaan, serta interaksi sosial yang sehat.
Dalam sambutannya di acara revitalisasi Kota Tua, Veronica menggambarkan visi tentang wajah baru kawasan bersejarah tersebut yang lebih manusiawi dan berjiwa.
“Bayangkan Alun-Alun Fatahillah bukan hanya dipenuhi wisatawan, tetapi juga pendongeng, musisi, dan tawa anak-anak,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (21/10).
Ia menambahkan, suasana seperti itu merupakan gambaran ideal dari semangat kota yang hidup dan inklusif.
“Inilah semangat kota yang hidup, tempat di mana keberagaman, kreativitas, dan ketangguhan Jakarta tumbuh bersama,” lanjutnya.
Menurut Veronica, revitalisasi Kota Tua seharusnya tidak berhenti pada pemugaran bangunan atau pembenahan fisik semata, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan budaya yang melekat pada sejarahnya.
“Memulihkan jiwa Kota Tua bukan hanya mengecat ulang dinding atau memperbaiki atap,” katanya.
Ia menegaskan bahwa proses revitalisasi sejati adalah upaya untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam ruang bersejarah tersebut.
“Tetapi bagaimana kita menghubungkan kembali sejarah dengan kemanusiaan, membangunkan makna dan membiarkan tempat ini bernapas kembali,” imbuhnya.
Wamen PPPA menilai, kawasan Kota Tua telah menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa selama berabad-abad.
“Selama hampir 500 tahun, kawasan ini menyimpan sejarah panjang yang menjadi bagian dari jati diri bangsa. Tugas kita adalah mewariskan semangatnya kepada anak-anak kita, agar mereka tumbuh dengan kebanggaan terhadap sejarah dan budayanya,” tutur Veronica.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa revitalisasi Kota Tua bukan sekadar proyek pembangunan, melainkan gerakan bersama lintas sektor.
“Revitalisasi bukan hanya proyek fisik, melainkan gerakan kolaboratif,” katanya.
Menurutnya, keberhasilan revitalisasi membutuhkan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
“Ketika pemerintah memberikan fasilitas, sektor swasta berinvestasi dengan tanggung jawab, dan masyarakat turut menjaga, maka kita bukan sekadar membangun kota, kita membangun peradaban,” ujarnya.
Veronica juga mengajak seluruh pihak untuk mempercepat proses revitalisasi agar hasilnya dapat dirasakan dalam waktu dekat.
“Jangan menunggu 10 tahun lagi untuk melihat perubahan. Mari kita wujudkan dalam dua tahun ke depan, seiring usia Jakarta yang ke-500,” ajaknya.
Ia menutup sambutannya dengan penuh optimisme, menyampaikan harapan agar revitalisasi ini dapat membawa Kota Tua Jakarta menjadi ikon dunia.
“Bersama, kita jadikan Kota Tua Jakarta sebagai kota tua terbaik di dunia,” pungkasnya.








