Ekonomi

BPS Beri Sinyal Bahaya Inflasi: Lonjakan Cabai dan Ayam Ras Ancam Stabilitas Harga Nasional

  • October 6, 2025
  • 3 min read
BPS Beri Sinyal Bahaya Inflasi: Lonjakan Cabai dan Ayam Ras Ancam Stabilitas Harga Nasional Seorang pedagang daging ayam potong menunggu pelanggan di lapaknya di Pasar Rangkasbitung, kemarin. (Foto: Radar Banten)

Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan peringatan keras kepada pemangku kebijakan terkait potensi tekanan inflasi yang signifikan pada akhir tahun. Meskipun inflasi bulanan (month-to-month / m-to-m) pada September 2025 tercatat terkendali di angka 0,21%, BPS menyoroti bahwa harga komoditas pangan pokok, terutama cabai dan daging ayam, mulai bergerak agresif.

Laporan terbaru BPS menggarisbawahi bahwa kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi kontributor terbesar terhadap laju inflasi bulanan. Kelompok ini secara total menyumbang andil inflasi sebesar 0,11% dari keseluruhan inflasi September, menunjukkan adanya peningkatan biaya hidup yang nyata bagi rumah tangga.

Data tersebut mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat, khususnya kelompok berpenghasilan rendah, mulai tertekan. Tekanan ini datang dari kenaikan harga bahan baku utama yang sulit dihindari, memaksa alokasi pengeluaran untuk kebutuhan pokok menjadi lebih besar.

Komoditas yang paling disoroti adalah cabai merah. Menurut Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, komoditas pedas ini memberikan andil inflasi yang mencolok, yakni sebesar 0,13%. Angka ini menunjukkan bahwa cabai merah menjadi pendorong tunggal terbesar kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode tersebut.

Kenaikan harga yang tajam pada cabai diyakini terkait erat dengan gangguan pada sisi pasokan. Sejumlah daerah sentra produksi dilaporkan mengalami penurunan hasil panen yang signifikan, membuat stok di pasaran menipis dan memicu lonjakan harga yang sangat cepat di tingkat konsumen.

Tak hanya cabai, daging ayam ras juga tercatat berkontribusi besar terhadap inflasi pangan. Komoditas protein hewani ini turut memberikan andil yang substansial, mengiringi cabai sebagai penyumbang andil inflasi sebesar 0,13%.

Kenaikan harga daging ayam disebabkan oleh kombinasi faktor, mulai dari meningkatnya biaya pakan ternak hingga adanya hambatan pada rantai distribusi. Apabila harga pakan terus meningkat, risiko lonjakan harga yang lebih tinggi pada komoditas ayam menjelang akhir tahun akan semakin besar.

Habibullah menjelaskan bahwa lonjakan ini berasal dari komponen harga bergejolak (volatile food). Fluktuasi harga pada kelompok ini sangat sensitif terhadap faktor eksternal seperti cuaca ekstrem dan kelancaran logistik, menjadikannya tantangan utama dalam menjaga stabilitas harga.

Secara makro, BPS mencatat inflasi tahunan (year-on-year / y-o-y) berada pada angka 2,65%. Sementara itu, inflasi tahun kalender (year-to-date / y-t-d) hingga September telah mencapai 1,82%.

Meskipun angka inflasi y-o-y masih berada dalam target yang ditetapkan Bank Indonesia (BI), tekanan dari harga pangan menjadi risiko utama yang harus diatasi. Jika kenaikan harga pangan berlanjut, hal ini dapat mengganggu ekspektasi inflasi, memaksa BI untuk mengambil tindakan moneter yang lebih agresif.

Oleh karena itu, BPS mendesak Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID) untuk segera mengintensifkan upaya intervensi pasar. Koordinasi pasokan dan pengendalian distribusi menjadi kunci penting untuk meredam potensi lonjakan harga yang lebih tinggi menjelang periode permintaan puncak, yaitu perayaan Natal dan Tahun Baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *